Senin, 22 Juni 2009

ASKEP TBC

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang jaringan parenkim paru.

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh mikro organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus dan alveolus. Kuman juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, melalui ingesti susu yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melalui lesi kulit.

C. Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan diteruskan ke alveoli melalui jalan napas. Sistem imun tubuh bereaksi dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri ; limfosit melisis basil dan jaringan normal. Reaksi ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli.

Gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk tuberkel ghon. Tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks ghon. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami perkijuan. Pada saat ini mikroorganisme hidup mempunyai akses ke sistem trakeo bronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain.

D. Manifestasi Klinik

Sebagian besar pasien Tuberkulosis menunjukan demam, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin non produktif tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.

E. Komplikasi

· Tuberkulosis dapat menyebabkan penyakit pernapasan lainnya seperti pleuritis eksudatif, TB larings, Pneumotoraks, Abses paru, Cor Pulmonale.

· Malnutrisi

· Efek samping terapi obat-obatan; hepatitis, perubahan neurologis (ketulian atau neuritis), gangguan GI.

· Resistensi banyak obat

· Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)

F. Pemeriksaan Diagnostik

Deteksi dan diagnosis TB dicapai dengan tes objektif dan temuan pengkajian subjektif. Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan :

· Kultur sputum ; positif untuk M. Tuberculosis tahap aktif penyakit.

· Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam) ; positif untuk basil tahan asam.

· Tes kulit mantoux (PPD, OT) ; reaksi yang signifikan pada individu yang sehat biasanya menunjukan TB dorman atau infeksi yang disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.

· Ronsen dada ; menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu efusi.

· Biopsi jarum jaringan paru

· AGD

· Pemeriksaan fungsi pulmonal.

G. Penatalaksanaan

Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi (agens antituberkulosis) selama 6-12 bulan. Medikasi yang digunakan untuk TB dibagi menjadi preparat primer (Isoniazid, Rifampin, Ethambutol, pirasinamid, Streptomisin) dan preparat baris kedua (Capreomisin, Kanamisin, Asam paraamino salisiklat, sikloserin). Preparat primer hampir selalu diresepkan pertama kali sampai laporan hasil kultur dan laboratorium memberikan data yang pasti.

Patofisiologi


Nekrosis jaringan paru




Kerusakan pd membran alvolar




Gangguan pertukaran gas

Produksi mukus meningkat


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data Fokus

· Klien mengeluh demam

· Klien mengeluh lemah

· Klien mengatakan kurang nafsu makan

· Penurunan berat badan

· Klien mengeluh berkeringat pada malam hari

· Klien mengungkapkan nyeri dada saat batuk

· Peningkatan suhu tubuh

· Klien mengatakan batuk yang menetap

· Klien mengungkapkan kadang batuk disertai darah

· Batuk dengan menghasilkan sputum mukoid dan mukopurulen.

· Klien mengeluh sesak

· Hemoptisis

· Terdapat bakteri M. Tuberculosis pada pemeriksaan sputum.

· Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan yang abnormal

· Takikardi

· Terdengar bunyi napas Ronchi saat auskultasi

2. Klasifikasi Data

Data Subyektif

Data Obyektif

· Klien mengeluh demam

· Klien mengeluh lemah

· Klien mengatakan kurang nafsu makan

· Klien mengeluh berkeringat pada malam hari

· Klien mengungkapkan nyeri dada saat batuk

· Klien mengeluh sesak

· Klien mengungkapkan kadang batuk disertai darah

· Klien mengatakan batuk yang menetap

· Hemoptisis

· Terdapat bakteri M. Tuberculosis pada pemeriksaan sputum.

· Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan yang abnormal

· Takikardi

· Penurunan berat badan

· Peningkatan suhu tubuh

· Batuk dengan menghasilkan sputum mukoid dan mukopurulen.

· Terdengar bunyi napas Ronchi saat auskultasi

3. Analisa Data

No

Simptom

Etiologi

Problem

1

DS :

· Klien mengungkapkan nyeri dada saat batuk

· Klien mengeluh sesak

· Klien mengatakan batuk yang menetap

· Klien mengungkapkan kadang batuk disertai darah

DO :

· Terdapat bakteri M. Tuberculosis pada pemeriksaan sputum.

· Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan yang abnormal

· Batuk dengan menghasilkan sputum mukoid dan mukopurulen.

· Hemoptisis

· Terdengar bunyi napas Ronchi saat auskultasi

Penyebaran reaksi paru ke

Bronkus&trakea

Produksi mukus meningkat


Penumpukan sekresi mukus pada jalan napas




Bersihan jalan napas tidak efektif

Bersihan jalan napas tidak efektif

2.

DS : -

DO : -

Batuk

Ketidak patuhan trhdp teknik pencegahan penyebaran infeksi




Pemaparan trhdp lingkungan sekitar

Resiko tinggi penyebaran infeksi

Resiko tinggi penyebaran infeksi

3.

DS :

· Klien mengatakan kurang nafsu makan

· Klien mengeluh lemah

DO :

· Penurunan berat badan

Penumpukan sekresi mukus

Nafsu makan berkurang

Intake nutrisi inadekua

t




Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan Jalan napas tak efektif, berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan napas yang ditandai dengan :

DS :

· Klien mengungkapkan nyeri dada saat batuk

· Klien mengeluh sesak

· Klien mengatakan batuk yang menetap

· Klien mengungkapkan kadang batuk disertai darah

DO :

· Terdapat bakteri M. Tuberculosis pada pemeriksaan sputum.

· Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan yang abnormal

· Batuk dengan menghasilkan sputum mukoid dan mukopurulen.

· Hemoptisis

· Terdengar bunyi napas Ronchi saat auskultasi

2. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap teknik pencegahan penyebaran infeksi..

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan berkurang, yang ditandai dengan :

DS :

· Klien mengatakan kurang nafsu makan

· Klien mengeluh lemah

DO :

· Penurunan berat badan

C. Intervensi Keperawatan

1. Bersihan Jalan napas tak efektif, berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan napas.

Tujuan:

Klien dapat menunjukan perilaku memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan napas efektif, dengan kriteria :

· Dyspnea berkurang/hilang

· Frekuensi, irama, kedalaman pernapasan normal

· Bunyi napas normal

Intervensi :

1. Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama, dan kedalaman pernapasan.

Rasional:

Sebagai data dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya

2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret. Catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

Rasional:

Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal, memerlukan intervensi lebih lanjut.

3. Ajarkan pasien napas dalam dan batuk efektif.

Rasional:

Ventilasi maksimal membuka are atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.

4. Lakukan penghisapan lendir.

Rasional:

Penghisapan diperlukan jika pasien tidak mampu mengeluarkan sekret sendiri.

5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari

Rasional:

Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, memudahkan mengeluarkan sekret.

6. Beri obat-obatan (Agen mukolitik, bronkhodilator) sesuai indikasi.

Rasional:

Agen mukolitik menurunkan kekentalan sekret dan bronkhodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial.

2. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakpatuahan terhadap teknik pencegahan penyebaran infeksi

Tujuan :

Klien mampu mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi, dengan kriteria :

· Klien mempraktekkan teknik mencegah/mengurangi resiko penyebaran infeksi dalam melakukan ADLnya.

· Penyebaran infeksi pada orang terdekat tidak terjadi

Intervensi :

1. Kaji dan jelaskan pada pasien tentang patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, menyanyi.

Rasional:

Membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program/teknik pencegahan penyebaran infeksi.

2. Anjurkan pasien untuk menggunakan tisu saat batuk/bersin, membuang tisu sekali pakai, menghindari meludah dan mencuci tangan dengan baik.

Rasional:

Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.

3. Tekankan pentingnya mematuhi program pengobatan.

Rasional :

Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

4. Berikan agen anti infeksi sesuai indikasi.

Rasional:

Membantu mencegah/mengurangi resiko penyebaran infeksi.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan berkurang

Tujuan :

Klien menunjukan pemasukan nutrisi yang adekuat, dengan kriteria :

· Nafsu makan bertambah

· Berat badan normal

Intervensi :

1. Catat status nutrisi pasien dan berat badan pasien.

Rasional:

Sebagai data dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya.

2. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tak disukai.

Rasional:

Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien. Pertimbangan keinginan individu dapat meningkatkan masukan diet.

3. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.

Rasional:

Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang muntah.

4. Anjurkan pasien makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

Rasional:

Memaksimalkan masuakn nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan makanan yang banyak dan menurunkan iritasi gaster.

5. Kolaborasi dengan gizi tentang program pelaksanaan diet.

Rasional:

Membantu dalam menentukan program diet pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Doenges, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Ketiga. EGC, Jakarta

Fakultas Kedokteran UI. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI,Jakarta

J. Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Pleuritis adalah peradangan pada kedua lapisan pleura, yaitu pleura parietalis yang menutupi permukaan dinding dada, mediastinum dan permukaan atas diafragma, dan pleura viseralis yang menutupi seluruh permukaan kedua paru.

A. Etiologi

Pleuritis dapat terjadi karena pneumonia atau infeksi traktus respiratorius atas, tuberkulosis, penyakit kolagen setelah trauma dada, infark paru atau embolisme paru, pada kanker primer dan metastatik juga setelah torakotomi.

B. Patofisiologi

Adanya beragam penyebab terjadinya pleuritis mengakibatkan adanya reaksi inflamasi pada pleura. Ketika kedua membran pleura mengalami inflamasi bergesekan selama respirasi (terutama inspirasi), akibatnya adalah nyeri hebat. Kemudian sejalan dengan terbentuknya cairan pleura, nyeri akan berkurang. Pada periode dini, ketika terkumpul sedikit cairan, gesekan friksi pleura dapat terdengar dengan stetoskop, hanya akan menghilang kemudian, bila telah terkumpul cairan dan memisahklan permukaan pleura yang mengalami inflamasi.

C. Manifestasi Klinik

Umumnya pleuritis terjadi mendadak, tapi dapat juga timbul secara bertahap. Nyeri terjadi pada tempat peradangan dan biasanya tempat peradangan dapat diketahui dengan tepat. Nyeri itu bagaikan teriris-iris dan tajam, diperberat dengan batuk, bersin dan napas yang dalam, sehingga pasien seringkali bernapas cepat dan dangkal serta menghindari gerakan-gerakan yang tak diperlukan. Nyeri dapat sedikit diredakan dengan menekan daerah yang terkena peradangan tersebut

D. Pemeriksaan Diagnostik

· Rontgen dada

· Pemeriksaan sputum

· Torasentesis untuk mendapatkan spesimen cairan pleural

· Biopsi pleural

E. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan kondisi dasaryang menyebabkan pleuritis dan untuk menghilangkan nyeri. Dengan diatasinya penyakit dasar, inflamasi pleura biasanya akan menghilang.

Analgesik yang diresepkan dan aplikator topikal panas atau dingin akan memberikan peredaan symptomatik. Indometasin, obat anti inflamasi non steroid dapat memberikan peredaan nyeri sambil memungkinkan pasien batuk secara efektif. Jika nyerinya sangat hebat, berikan blok interkostal prokain.

C. Patofisiologi












Pirogen endogen prostaglandin

Pergesekan kedua membran pleura saat respirasi










BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

· Klien mengeluh nyeri seperti ditusuk pada dada

· Takipnea

· Klien mengeluh sesak napas

· Peningkatan suhu tubuh

· Klien mengatakan demam, menggigil

· Malaise

· Klien tampak gelisah

· Ekspresi wajah meringis

· Terdengar bunyi friction rub saat auskultasi

· Klien mengungkapkan susah tidur

· Takikardia

· Klien mengatakan batuk

2. Klasifikasi Data

Data Subyektif

Data Obyektif

· Klien mengeluh nyeri seperti ditusuk pada dada

· Klien mengeluh sesak napas

· Klien mengungkapkan susah tidur

· Klien mengatakan demam, menggigil

· Klien mengatakan batuk

· Malaise

· Takipnea

· Peningkatan suhu tubuh

· Klien tampak gelisah

· Ekspresi wajah meringis

· Terdengar bunyi friction rub saat auskultasi

· Takikardia

3. Analisa Data

No

Symptom

Etiologi

Problem

1

DS :

· Klien mengeluh sesak napas

· Klien mengatakan batuk

DO :

· Terdengar bunyi friction rub saat auskultasi

· Takipnea

Kerusakan jaringan pleura

Penurunan ekspansi paru

Penurunan suplay Oksigen

Pola napas tidak efektif

Pola napas tidak efektif

2.

DS :

· Klien mengeluh nyeri seperti ditusuk pada dada

· Klien mengungkapkan susah tidur

DO :

· Klien tampak gelisah

· Ekspresi wajah meringis

Pleuritis

Kerusakan jaringan pleura

Pergesekan kedua membran pleura saat respirasi




Nyeri

Gangguan rasa nyaman (Nyeri)

3.

DS :

· Klien mengatakan demam, menggigil.

· Malaise

DO :

· Peningkatan suhu tubuh

· Takikardia

Pleuritis




Aliran darah ke daerah radang




Leukositosis(neutrofil)

Pirogen endogen prostaglandin




Mempengaruhi hipotalamus

Hipertermi

Hipertermi

D. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru yang ditandai dengan :

DS :

· Klien mengeluh sesak napas

· Klien mengatakan batuk

DO :

· Terdengar bunyi friction rub saat auskultasi

· Takipnea

2. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pergesekan kedua membran pleura saat respirasi, yang ditandai dengan :

DS :

· Klien mengeluh nyeri seperti ditusuk pada dada

· Klien mengungkapkan susah tidur

DO :

· Klien tampak gelisah

· Ekspresi wajah meringis

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi, yang ditandai dengan :

DS :

· Klien mengatakan demam, menggigil.

· Malaise

DO :

· Peningkatan suhu tubuh

· Takikardia

C. Intervensi Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

Tujuan ;

Klien menunjukan pola napas efektif dengan kriteria :

· Pasien tidak merasa sesak napas

· Bunyi napas normal

· Irama napas teratur

Intervensi :

1. Kaji pola napas pasien, frekuensi, irama dan bunyi napas tambahan.

Rasional :

Membantu mengidentifikasi keadaan umum pasien dalam menentukan intervensi selanjutnya.

2. Memberi posisi semifowler.

Rasional :

Memberi rasa nyaman saat bernapas.

3. Berikan penjelasan pada pasien tentang penyebab sesak.

Rasional :

Dapat mengurangi ansietas.

4. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan oksigen.

Rasional :

Membantu dalam memenuhi suplay Oksigen.

2. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pergesekan kedua membran pleura saat respirasi

Tujuan :

Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang/hilang, dengan kriteria :

· Klien tampak tenang

· Ekspresi wajah tidak meringis

· Klien dapat tidur dengan tenang

Intervensi :

1. Kaji rasa nyeri dengan skala 0-5. Perhatikan lokasi dan intensitas nyeri.

Rasional :

Sebagai data asar untuk menentukan intervensi selanjutnya.

2. Berikan waktu istrahat yang cukup.

Rasional :

Tidak terjadi metabolisme yang tinggi sehingga pemenuhan Oksigen dapat terpenuhi.

3. Berikan aktivitas hiburan .

Rasional :

Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, meningkatkan koping.

4. Ajarkan pada pasien untuk membebat sangkar iga saat batuk, berbalik dengan sering pada sisi yang sakit untuk membebat dinding dada.

Rasional :

Mengurangi regangan pleura dan membantu mengurangi nyeri dada.

5. Jelaskan pada pasien penyebab timbulnya rasa sakit

Rasional :

Membantu mengurangi ansietas.

6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik dan antibiotik.

Rasional :

Analgetik : mengurangi/menghilangkan nyeri dan antibiotik sebagai antimikroorganisme.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan :

Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria :

· Suhu tubuh dalam batas normal

· Pasien tidak tampak lemah

Intervensi :

1. Kaji tanda-tanda vital terutama peningkatan suhu tubuh.

Rasional :

Sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya

2. Beri kompres hangat daerah frontal dan aksila.

Rasional :

Membantu menurunkan suhu tubuh

3. Beri minum yang cukup (1500-2000 cc/hari) secara bertahap

Rasional :

Mengatasi pengeluaran cairan melalui keringat akibat peningkatan suhu tubuh

4. Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.

Rasional :

Membantu menurunkan suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Doenges, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Ketiga. EGC, Jakarta

Price. A, Sylvia, Wilson. P, Lorraine. 1995. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC : Jakarta.

Tugas Mata Kuliah : Keperawatan Profesional

Dosen Pembimbing : Halija, S. ST

POLITIK DAN PEMBUATAN KEBIJAKAN

DALAM KESEHATAN DAN KEPERAWATAN




KELOMPOK 3

1. ANDI UPRIYANI

2. ENO AZIS

3. HARSIANTO

4. IRMAN YADI

5. LILI FITRIANI

6. NOVI TRIVIANA

7. RENI FAUZIAH NUR

8. SITIANO ODE SAADIA

9. WAODE DEWI

10. YUTI FITRI BAMBANG

11. LUKMAN ALBAR

AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)

KABUPATEN BUTON

2007/2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih berkenan menyatukan roh dan jasad kita. Dan Nabi Muhammad yang telah mengubah sebuah pandangan menjadi new paradigma sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam hal ini penyusun mencoba meramu dari berbagai literatur menjadi sebuah makalah, sehingga tersedianya buku dalam jumlah yang cukup merupakan faktor penting dalam penyusun makalah ini.

Makalah yang berjudul “POLITIK DAN PEMBUATAN KEBIJAKAN DALAM KESEHATAN DAN KEPERAWATAN” ini bertujuan agar mahasiswa Akademi Keperawatan Kab. Buton dapat lebih memahami bagaimana politik dan pembuatan kebijakan dalam kesehatan dan keperawatan.

Penyusun telah berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun demikian tentu masih ada kekurangan. Untuk itu penyusun menerima dengan tangan terbuka kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama dosen pembimbing mata kuliah KEPERAWATAN PROFESIONAL demi penyempurnaan makalah ini pada tugas berikutnya.

Wassalam

Bau-Bau, Desember 2007

Kelompok

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................

1.3 Tujuan ......................................................................................................

1.4 Manfaat ...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................

2.1 Politik dalam Keperawatan ......................................................................

2.2 Kebijakan dalam Keperawatan ................................................................

BAB III PENUTUP .......................................................................................

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................

3.2 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam upaya untuk mewujudkan visi baru bangsa Indonesia yaitu Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dan misi baru yaitu Membuat Rakyat Sehat diperlukan penguatan komitmen politik oleh aktor politik dalam menentukan kebijakan baik di pusat dan di daerah dari sabang sampai merauke.

Pembuatan kebijakan sangat diperlukan karena kebijakan merupakan suatu standarisasi dan sumber petunjuk bagi staf kesehatan/keperawatan. Dalam pembuatan kebijakan perlu diketahui siapa yang mempunyai kewenangan dalam pembuatannya. Karena itulah perlu diketahui terlebih dahulu apakah politik itu.

Jika seluruh aktor politik memiliki komitmen dalam upaya menyehatkan warga dan konsisten dalam membuat berbagai kebijakan khususnya di bidang keperawatan dalam bidang pembangunan kesehatan maka upaya untuk membuat rakyat sehat akan dapat cepat dicapai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang penulisan makalah diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Politik dalam Keperawatan

· Politik secara Umum

· Politk dalam Kesehatan/Keperawatan

2. Kebijakan dalam Keperawatan

· Defenisi Kebijakan

· Pembuatan Kebijakan

· Kebijakan dalam Keperawatan

· Kebijakan Pelayanan Keperawatan

· Standar-standar

1.3 Tujuan

Untuk lebih memahami bagaimana unsur politik dalam kesehatan dan keperawatan, defenisi kebijakan, bagaimana pembuatan kebijakan dalam keperawatan dan standar-standar yang digunakan dalam membuat kebijakan tersebut.

1.4 Manfaat

Sebagai acuan atau pedoman kita dalam proses pembelajaran tentang bagaimana unsur politik dalam kesehatan dan keperawatan, defenisi kebijakan, bagaimana pembuatan kebijakan dalam keperawatan dan standar-standar yang digunakan dalam membuat kebijakan tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Politik dalam Keperawatan

A. Politik Secara Umum

Berdasarkan terminologinya politik dapat diartikan kebijakan, strategi, siasat, taktik, cara, mencapai tujuan dan antisipasi. Secara umum politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.

Konsep politik diperlukan oleh semua pihak dari level individu, kelompok masyarakat, golongan hingga negara dan kelompok negara. Konsep politik ada atau diperlukan dalam pembangunan suatu negara karena dapat berperan sebagai mekanisme koping, menjaga stabilitas nasional, aktualisasi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, eksistensi, pertahanan diri dan sebagai identitas bangsa.

Politik dapat bermakna positif dan negatif. Makna negatif politik yaitu kejam , kotor, menghalalkan segala cara, licik, keji, jahat, menipu, hitam.sedangkan Makna positif politik yaitu memecahkan masalah, menentukan kebijakan, menyamakan perbedaan , mencari solusi, kemakmuran & keadilan, hukum, keamanan, perlindungan dan kerja sama

Unsur-unsur yang terdapat dalam politik yaitu :


¨ Individu

¨ Rakyat

¨ Wilayah

¨ Peraturan/Hukum

¨ Ideologi

¨ Pemimpin

¨ Tujuan bersama, Lembaga

¨ Kemerdekaan

¨ Nilai budaya

¨ Kedaulatn

¨ Partai

¨ Pemerintahan


Berdasarkan unsur-unsur tersebut terdapat tiga unsur yang mendasar atau penting dalam politik yaitu sistem, tujuan bersama (ideologi) dan individu / sekelompok individu.

Suatu Sistem Politik dapat berlangsung jika prasyarat seperti adanya kepentingan dan tujuan bersama, hukum, dan penghargaan individu oleh individu yang lain sebagai hak asasi.

B. Politik dalam Keperawatan

Dalam bidang kesehatan dan keperawatan ilmu politik di implementasikan sebagai :


¨ Pengakuan profesi & organisasinya

¨ Kebijakan / UU Kesehatan

¨ Penghargaan

¨ Legalisasi

¨ Kode etik

¨ Pengembangn profesi

¨ Gugus Kendali Mutu (GKM)

¨ JPKM

¨ Penganggaran


Yang pada hakekatnya merupakan sistem kesehatan nasional & wilayah

Contoh masalah Politik dalam bidang kesehatan

¨ Kasus:

Sistem penghargaan terhadap profesi medis/kep

Masalah yang ada adalah, reward sistem tidak berjalan dengan baik dimana sistem tidak bisa mengakomodasi atau mendistribusikan penghargan individu sesuai dengan kinerja

Mengacu pada konsep dasar politik, maka perlu ada perbaikan reward sistem berdasarkan kinerja

Berdasarkan masalah tersebut maka proses politik yang harus dilalui untuk mengatasinya adalah :

¨ Analisis existing sistem:

Menilai kelebihan sistem

Menilai kekurangan sistem yang berlaku

Perbandingan sistem

¨ Analisis stakeholders

Untuk mengetahui kepentingan dari masing-masing stakeholders & mencari sinergi kepentingan dengan agenda perubahan

Untuk itu diperlukan proses negoisasi

Stakeholders merupakan elemen yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kebijakan

¨ Melakukan redesain sistem

¨ Advocasi

Sebagai sistem sosialisasi dengan agenda yang baku untuk mengetahui peneriman atau penolakan sistem baru yang akan dilaksanakan

¨ Uji coba

2.2 Kebijakan Dalam Keperawatan

A. Defenisi Kebijakan

Kebijakan adalah suatu mekanisme yang menetapkan batasan atau batas untuk tindakan administratif dan menentukan arah untuk diikuti.

B. Pembuatan Kebijakan

Pembuatan kebijakan adalah bagian dari fungsi perencanaan manajemen keperawatan. Proses pembuatan kebijakan adalah hasil dari suatu proses pengambilan keputusan, yaitu memilih antara beberapa alternatif dan akhirnya ditetapkan sebagai suatu kebijakan.

C. Kebijakan dalam Keperawatan

Pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan merupakan suatu tindakan keperawatan dalam lingkungan masyarakat oleh tenaga kesehatan. Dalam proses itu terdapat kebijakan dimana hal ini merupakan rencana yang berlaku dalam organisasi.

Tenaga kesehatan yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi layanan kesehatan diberi kewenangan sesuai dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibannya. Kompetensi dan kewenangan tersebut menunjukan kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatn tersebut. Tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesinya akan mendapat perlindungan.

Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan maka penyelenggaraan upaya kesehatan perlu diperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Peningkatan kerja sama lintas sektor

2. Peningkatan kesehatan lingkungan

3. Peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta

4. Peningkatan upaya kesehatan

5. Peningkatan sumber daya kesehatan

6. Peningkatan dan manajemen pembangunan kesehatan

7. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

8. Peningkatan lingkungan sosial budaya.

D. Kebijakan Pelayanan Keperawatan

Kebijakan pelayanan keperawatan ada untuk standarisasi dan sebagai sumber petunjuk bagi staf keperawtan. Sebagai petunjuk, kebijakan pelayanan keperawatan memberi masukan kepada perawat menejer dalam aktifitas keperawatn dan tiap-tiap unit, ruangan dan klinik dimana personel keperawatan berpraktek. Secara umum kebijakan dibagi dalam tiga kategori utama kebijakan yang digunakan untuk pasien, personel, dan untuk lingkungan dimana pasien dirawat dan personel bekerja.

Suatu kebijakan tidak boleh bertentangan dengan kebijakan atasannya. Kebijakan dapat dibuat oleh manejer hanya untuk area dimana manejer tersebut mempunyai autoritas atau kewenangan.

Proses perkembangan kebijakan meliputi tahap-tahap berikut:

1. Menentukan bahwa kebijakan tersebut dibutuhkan

2. Mengkaji perkembangan setiap kebijakan oleh anggota komite atau staf.

3. Mengembangkan kebijakan dari sumber informasi

4. Tinjauan komite

5. Sirkulasi konsep pada komite dokter klinik yang cocok yang akan menulis pesanan (order) dan perawat yang akan melaksanakannya

6. Tinjauan terhadap komentar yang kembali

7. Rujukan ke organisasi yang diberi kuasa untuk disetujui bila ada indikasi

8. Persetujuan akhir oleh komite dan ditanda tangani oleh kepala eksekutif kantor organisasi.

9. Distribusikan dengan komunikasi yang tepat.

Kebijakan tidak akan selalu tertulis karena pola pengambilan keputusan dan tindakan adminstratif yang konsisten berhubungan dengan masalah spesifik, juga menunjukan kebijakan. Contoh kebijakan yang tidak tertulis dalam suatu organisasi misalnya seorang pegawai yang dalam dua tahun pensiun, pegawai tersebut tidak dipromosikan, sekalipun catatan pegawai tersebut mungkin lebih baik dari pada pegawai yang pelayanannya kurang. Kebijakn yang tertutup seperti itu kadang-kadang merupakan kebijakan preseden. Kebijakan yang dibuat melalui preseden atau tindakan penuh adalah kebijakan keperawatan tertutup atau kebijakan tidak tertulis.

Kebijakan dapat bersifat formal atau tidak formal, tertutup atau tertulis. Kebijakan formal adalah yang penerapannya pada :

  • Organisasi sebagai keseluruhan
  • Suatu keseluruhan fungsional seperti devisi atau departemen
  • Unit dasar seperti bangsal, lantai, unit perawatan khusus atau klinik

Kebijakan mempunyai nilai karena pengaruhnya dalam meningkatkan konsistensi tindakan dan stabilitas. Kebijakan tersebut merupakan petunjuk dari manajemen puncak ke tingkat bawah dan juga berfungsi menyampaikan dan mempercepat pembuatan beberapa keputusan. Tidak adanya kebijakan dapat menimbulkan situasi dimana masalah yang sama terjadi berulang-ulang, kadang-kadang dalam beberapa bagian pada waktu yang sama, tanpa melihat posisi manajemen. Kebijakan dapat mengefisienkan waktu dengan menetapkan standar contohnya masalah disiplin. Jika tidak ada kebijakan, seorang manajer cukup memberikan nasehat, peringatan tertulis, penskoran. Kesamaan dalam kebijakan mencegah konflik dan meningkatkan keadilan.

E. Standar-Standar

Standar untuk pelayanan keperawatan terorganisasi dan tanggung jawab perawat lintas lingkunagna dari The American association (ANA) menunjukan kebijakan keperawatan berhubungan dengan :


1. Filosofi

2. Obyektif

3. Rencana organisasi

4. Pengakuan kebudayaan pasien, ekonomi, perbedaan sosial dan sistem lainnya.

5. manajemen sumber keuangan

6. Staf

7. Kewajiban

8. Hak keperawatan klinik

9. Kemajuan dalam praktek klinik

10. Jaminan mutu

11. Pelayanan pendkung

12. Orientasi

13. Pendidikan etik

14. Penelitian


Selain itu standar ANA menyatakan bahwa perawat akan terlibat dalam pembuatan kebijakan juga melindungi organisasi komite termasuk kegunaan, anggota dan pelaksanaan prosedur.

Area yang sering kali dilindungi oleh kebijakan meliputi :

1. Kebijakan personel tergantung pada tujuan dari program tindakan yang disetujui untuk mempertahankan praktek pekerjaan yang sama pemeliharaan upaya yang efisien dan produktif.

2. Biaya perjalanan dan perpindahan

3. Cuti besar

4. Upah/gaji

5. Program untuk menghargai keterampilan dan prestasi

6. Perlengkapan yang membuat kerja penuh arti

7. Empat hari kerja sepekan

8. jam yang fleksibel dalam sepekan kerja

9. Penyalahgunaan obat dan alkohol

10. Pegawai cacat jasmaniah

11. Manajemen yang berorientasi pada tujuan

Kebijakan ini biasanya akan ditulis dan tersedia sebagai manual serta digunakan oleh personel yang tepat. Manual akan menjadi alat untuk meninjau ulang dan merevisinya secara periodik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.

Pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan merupakan suatu tindakan keperawatan dalam lingkungan masyarakat oleh tenaga kesehatan. Dalam proses itu terdapat kebijakan dimana hal ini merupakan rencana yang berlaku dalam organisasi yang digunakan sebagai suatu standar dan sumber petunjuk bagi staf kesehatan/keperawatan.

3.2 Saran

Politik dan pembuatan kebijakan dalam kesehatan dan keperawatan merupakan dua unsur yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan. Karena itu sangat diperlukan aktor-aktor politik yang dapat dengan bijka menentukan kebijkan terbaik demi perkembangan visi dan misis kesehatan bangsa kita.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia

Hanafiah, M Jusuf dan amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Ed.3. Jakarta : EGC

Moeloek, F. A. 1999. Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Depkes Indonesia

Swamburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC

Susanto, Tantut, Ns. S.Kep. 2007. Aspek Politik Dalam Bidang Kesehatan Dan Keperawatan. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember : Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar