Senin, 22 Juni 2009

ASKEP OSTEOARTIRITIS

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Osteoartritis (OA) adalah penyakit tulang degeneratif yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu berat badan, dengan gambaran patologis berupa kerusakan tulang rawan sendi (TRS) dan pembentukan tulang-tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi dan dasar sendi (osteofit).

Vertebra, panggul lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Prevalensi OA lutut di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 15,5 % pada pria dan 12,7 % pada wanita. Laki-laki kebanyakan menderita OA di bawah usia 45 tahun (lebih banyak kegiatan fisik berat), antara usia 45-55 tahun kemungkinan menderita antara laki-laki dan wanita hampir sama sedangkan wanita akan lebih banyak menderita pada usia di atas 55 tahun.

B. Etiologi

Hingga kini OA belum diketahui penyebabnya, namun ada beberapa faktor yang berperan meningkatkan resiko ini, antara lain :

1. Umur

2. Pengausan (wear and tear)

3. Kegemukan

4. Trauma

5. Keturunan

C. Patofisiologi

Terdapat dua morfologi utama yang mewarnai OA yaitu kerusakan tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi dan dasar sendi (osteofit). Sejak awal perubahan patologis OA terdapat peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi. Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi.

D. Manifestasi Klinis

· Nyeri, kekakuan, dan kerusakan fungsi merupakan manifestasi klinik primer.

· Kekakuan paling sering pada pagi hari setelah bangun tidur dan biasanya berlangsung + 30 menit.

· Kerusakan fungsional terjadi akibat nyeri pada pergerakan dan keterbatasan gerakan sendi ketika terjadi perubahan struktur.

· OA terjadi paling sering pada sendi yang menahan bahan berat (pinggul, lutut, servikal)

· Mungkin terdapat nodus bertulang (tidak terasa sakit kecuali mengalami inflamasi)

E. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnostik OA biasanya didasarkan pada gambaran klinik dan radiografis :

1. Radiografis sendi yag terkena.

2. Pemeriksaan penginderaan dan radiografi sendi lain :

· Pemeriksaan radiografi sendi lain atau penginderaan magnetik diperlukan OA pada pasien yang dicurigai berkaitan dengan penyakit genetik.

· Radiografi sendi lain pada pasien OA generalisata

· Pemeriksaan lebih lanjut dan mielografi mungkin diperlukan untuk pasien OA tulang belakang.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pa pasien OA biasanya berguna untuk membedakan Penyakit OA dengan penyakit sendi lain.

F. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat sistematik. Obat Anti Inflamasi Non Steroid bekerja hanya sebagai analgetik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.

· Analgetik yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2, 4, 6, 9, per hari atau propoksisten Hd Asam Salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.

2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga untuk lordosis lumbal, menghindari aktifitas yang berlebihan pada sendi yang sakit, dan pemakaian alat-alat untuk meringankan beban kerja sendi.

3. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.

4. Dukungan psikososial

5. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin serta program latihan yang tepat.

6. Operasi dipertimbangkan pada kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dengan kelainan fungsinya.

Multifaktor

Kerusakan permukaan sendi, cedera degenerasi dan faktor resiko lainnya

C. Patofisiologi




BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

· Ekspresi wajah meringis

· Adanya pembengkakan pada sendi yang terkena

· Klien mengatakan sendinya terasa kaku dan bengkak

· Gelisah

· Adanya keterbatasan pergerakan

· Klien mengeluh nyeri sendi

· Penurunan kekuatan otot

· Perilaku yang bersifat hati-hati/melindungi

· Perubahan struktur/fungsi dari bagian-bagian yang sakit

· Perasaan tidak berdaya, putus asa

· Klien merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya

2. Klasifikasi Data

Data Subyektif

Data Obyektif

· Klien mengatakan sendinya terasa kaku dan bengkak

· Klien mengeluh nyeri sendi

· Klien merasa tidak berdaya, putus asa

· Klien merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya

· Ekspresi wajah meringis

· Adanya pembengkakan pada sendi yang terkena

· Gelisah

· Adanya keterbatasan pergerakan

· Penurunan kekuatan otot

· Perilaku yang bersifat hati-hati/melindungi.

· Perubahan struktur/fungsi dari bagian-bagian yang sakit

3. Analisa Data

No

Sign/Symptom

Etiologi

Problem

1

DS:

· Klien mengeluh nyeri sendi

DO :

· Ekspresi wajah meringis

· Perilaku yang bersifat hati-hati/melindungi.

Perubahan metabolisme TRS




Matriks makromolekul TRS rusak




Antibody membentuk kompleks imun di ruang sendi




Permeabilitas makrovaskuler sinovial meningkat




Antigen menetap pada jaringan sendi




Destruksi sendi




Nyeri akut/kronik

Nyeri (kronik)

2

DS :

· Klien mengatakan sendinya terasa kaku dan bengkak

DO :

· Adanya pembengkakan pada sendi yang terkena

· Adanya keterbatasan pergerakan

· Penurunan kekuatan otot

Destruksi sendi




Perubahan fungsi dan struktur sendi




Mengurangi aktivitas pada sendi yang terkena




Rentang gerak terbatas




Mobilitas fisik, kerusakan

Mobilitas fisik,

Kerusakan

3

DS :

· Klien merasa tidak berdaya, putus asa

· Klien merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya

DO :

Perubahan struktur/fungsi dari bagian-bagian yang sakit

Destruksi sendi




Perubahan fungsi dan struktur sendi




Mengurangi aktivitas pada sendi yang terkena




Rentang gerak terbatas




Ketidakseimbangan antara mobilitas dan aktivitas




Gangguan citra tubuh

Gangguan Citra Tubuh

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses destruksi sendi, ditandai dengan :

DS:

· Klien mengeluh nyeri sendi

DO :

· Ekspresi wajah meringis

· Perilaku yang bersifat hati-hati/melindungi.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, penurunan kekuatan otot, intoleransi aktivitas, ditandai dengan :

DS :

· Klien mengatakan sendinya terasa kaku dan bengkak

DO :

· Adanya pembengkakan pada sendi yang terkena

· Adanya keterbatasan pergerakan

· Penurunan kekuatan otot

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan mobilitas, ditandai dengan :

DS :

· Perasaan tidak berdaya, putus asa

· Klien merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya

DO :

· Perubahan struktur/fungsi dari bagian-bagian yang sakit

C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses destruksi sendi.

Tujuan:

Pasien akan menunjukan nyeri berkurang/hilang, dengan kriteria :

· Terlihat tenang dan rileks

· Tidak ada keluhan nyeri

· Menunjukan perilaku penanganan nyeri

Intervensi:

1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal.

Rasional :

Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.

2. Beri kenyamanan seperti penggunaan kasur/matras yang lembut. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

Rasional :

Menurunkan tekanan pada sendi yang sakit.

3. Pasien diistrahatkan, bedrest di tempat tidur serta berikan masage yang lembut.

Rasional :

Membatasi nyeri/cedera sendi serta meningkatkan relaksasi.

4. Dorong teknik manajemen relaksasi dan bimbingan imajinasi.

Rasional :

Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot.

5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat pada waktu bangun tidur.

Rasional :

Meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.

6. Kolaborasi berikan analgetik

Rasional : Mengurangi nyeri.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, penurunan kekuatan otot intoleransi aktivitas.

Tujuan :

Pasien memperlihatkan peningkatan kekuatan dan fungsi dalam melakukan aktivitas fisik, dengan kriteria :

· Peningkatan kekuatan otot

· Bergerak dengan aktif tanpa nyeri

· Tidak adanya keterbatasan gerakan.

Intervensi :

1. Lanjutkan pemantauan rasa nyeri pada sendi.

Rasional :

Tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi dari inflamasi.

2. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.

Rasional :

Mencegah fleksi leher.

3. Berikan lingkungan yang aman.

Rasional :

Menghindari cedera akibatkecelakaan atau jatuh.

4. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif secara bertahap.

Rasional :

Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi..

5. Dorong klien untuk sering mengubah posisi, bantu klien untuk bergerak di tempat tidur.

Rasional :

Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.

6. Anjurkan klien untuk mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan.

Rasional :

Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.

7. Konsul dengan ahli terapi fisik/fisioterapi.

Rasional :

Memformulasikan program latihan.

8. Berikan obat-obat sesuai indikasi.

Rasional :

Mengurangi nyeri dan meningkatkan stabilitas sendi.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, ketidakseimbangan mobilitas

Tujuan :

Pasien akan mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dengan kriteria :

· Dapat berinteraksi dengan baik

· Tidak merasa malu/canggung.

Intervensi :

1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.

Rasional :

Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.

2. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

Rasional :

Isyarat verbal/non verbal orang terdekat mempunyai pengaruh besar pada bagaimana pasien memandang dirinya.

3. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan tubuh.

Rasional :

Dapat menunjukan emosional ataupun metode koping maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis.

4. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

Rasional :

Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dalam terapi.

5. Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan.

Rasional :

Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.

6. Kolaborasi dengan psikolog/konselor.

Rasional :

Mempertimbangkan terapi dan penguatan mental untuk meningkatkan citra diri terutama pada lingkungan sekitar.

7. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk.

Rasional :

Mungkin dibutuhkan pada saat depresi hebat.

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Kontusio serebri adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak, tanpa terputusnya kontinuitas dari otak. Bila kontinuitas otak terputus, disebut laserasio serebri.

A. Etiologi

Kontusio serebri disebabkan oleh trauma pada kepala yang biasanya disebabkan oleh pukulan langsung dan kuat di kepala misalnya pada saat kecelakaan lalu lintas .

B. Patofisiologi

Kontusio serebri merupakan cedera kepala berat dimana otak mengalami memar dan kemungkinan adanya daerah hemoragie. Perdarahan di jaringan otak, timbul karena adanya ruptur di kapiler substansia grisea dan substansia alba. Kesadaran menurun (dapat sampai koma yang dalam ) dapat berlangsung berhari-hari, bahkan sewaktu-waktu dapat berlangsung sampai beberapa minggu.

C. Manifestasi Klinik

Bila kontusio mengenai pusat vital, terutama pada dasar dari ventrikel III maka kematian akan datang tanpa pernah sadar kembali. Pada keadaan yang berat didapatkan denyut nadi yang keras sekali, suhu badan yang meninggi, kesadaran menurun sampai koma.

D. Pemeriksaan Diagnostik

· X-Ray tengkorak

· CT- Scan

· Pungsi lumbal

· Kimia/elektrolit darah

· Angiografi serebral.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada prinsipnya berdasarkan 2 hal yaitu : pencegahan komplikasi dan perawatan. Pengawasan kesadaran dan fungsi-fungsi vital seperti pernapasan, tensi dilakukan setiap 15 menitpada 4 jam pertama dan 30 menit setelah itu. Tindakan yang dilakukan :

· Mengatasi gangguan pernapasan

· Mengatasi gangguan sirkulasi

· Pengawasan temperatur

· Pemberian cairan dan elektrolit

· Pemberian makanan

Kecelakaan Lalu Lintas

C. Patofisiologi


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

· Klien mengeluh pusing apabila melakukan perubahan posisi

· Klien sangat berhati-hati bila bertindak

· Klien bedrest

· Klien mengatakan muntah

· Klien mengungkapkan mual

· Klien tampak lemah

· Penurunan BB

· Penurunan kesadaran

· Perubahan tingkah laku atau kepribadian

· Tachipnea

· Takikardi

· Inkontinensia kandung kemih

· Takikardi

· Suhu tubuh meningkat

· Klien mengungkapkan sakit kepala

2. Klasifikasi Data

Data Subyektif

Data Obyektif

· Klien mengeluh pusing apabila melakukan perubahan posisi

· Klien mengatakan muntah

· Klien mengatakan mual

· Klien mengungkapkan sakit kepala

· Klien tampak lemah

· Penurunan BB

· Penurunan kesadaran

· Perubahan tingkah laku atau kepribadian

· Tachipnea

· Takikardi

· Inkontinensia kandung kemih

· Takikardi

· Suhu tubuh meningkat

· Klien sangat berhati-hati bila bertindak

· Klien bedrest

· Klien tampak lemah

3. Analisa Data

No

Sign/Symptom

Etiologi

Problem

1

DS : -

DO : -

TIK meningkat




Terjadi herniasi pada batang otak

Menekan pusat pernapasan (Medulla Oblongata)




Hipoventilasi sekunder berkembang asidosis respiratory




Resiko tinggi trhd pola napas tidak efektif

Resiko tinggi trhd pola napas tidak efektif

2

DS :

· Klien mengatakan muntah

· Klien mengatakan mual

DO :

· Klien tampak lemah

· Penurunan BB

Herniasi pada batang otak




Merangsang pusat muntah di medulla

Anoreksia, Nausea, muntah




Intake kurang




Gg. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Gg. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

3

DS :

· Klien mengeluh pusing apabila melakukan perubahan posisi

DO :

· Klien sangat berhati-hati bila bertindak

· Klien bedrest

· Klien tampak lemah

Gangguan peredaran darah

Kerusakan otak bagian tengah (bagian serebri media)




Gg. Gerakan (kelumpuhan)




Kelemahan

Immobilisasi




Gg. Mobilitas fisik

Gg. Mobilitas fisik

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi trhd pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan pada pusat pernapasan di medula oblongata.

2. Gg. Pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan terrangsangnya pusat muntah di medulla, yang ditandai dengan :

DS :

· Klien mengatakan muntah

· Klien mengatakan mual

DO :

· Klien tampak lemah

· Penurunan BB

3. Gg. Mobilitas fisik berhubungan dengan immobilisasi, menurunnya kekuatan/kemampuan motorik, yang ditandai dengan :

DS :

· Klien mengeluh pusing apabila melakukan perubahan posisi

DO :

· Klien sangat berhati-hati bila bertindak

· Klien bedrest

· Klien tampak lemah

C. Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi trhd pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan pada pusat pernapasan di medula oblongata.

Tujuan :

Klien akan menunjukan pola napas efektif dalam batas normal, dengan kriteria :

· Pola napas dalam batas normal, irama teratur

· Bunyi napas normal

Intervensi :

1. Kaji kecepatan, kedalaman, frekuensi, irama dan bunyi napas.

Rasional :

Perubahan yang terjadi menunjukan adanya komplikasi pulmonal dan luasnya bagian otak yang terkena.

2. Atur posisi pasien semifowler

Rasional :

Meningkatkan ekspansi paru dan mencegah hiperekstensi leher

3. Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati selam 10-15 detik. Catat sifat, warna, dan bau sekret.

Rasional :

Membersihkan jalan napas dan mencegah penumpukan sekret pernapasan

4. Apabila pasien sudah sadar, ajarkan pasien napas dalam

Rasional :

Mencegah terjadinya atelektasis

5. Kolaborasi pemberian terapi oksigen.

Rasional :

Meningkatkan oksigenasi otak dan mencegah hipoksia

2. Gg. Pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan terrangsangnya pusat muntah di medulla

Tujuan :

Klien akan menunjukan perbaikan nutrisi dengan kriteria :

· Tidak terjadi mual, muntah

· Berat badan stabil/normal

Intervensi :

1. Kaji kemampuan mengunyah, menelan, refleks batuk dan cara mengeluarkan sekret

Rasional :

Dapat menentukan pilihan cara pemberian makanan karena pasien harus dilindungi dari aspirasi.

2. Timbang berat badan.

Rasional :

Mendeteksi perkembangan berat badan.

3. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering baik melalui NGT maupun oral.

Rasional :

Memudahkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi

4. Berikan HE kepada keluarganya agar meninggikan kepala pasien ketika makan dan posisi miring atau lurus setelah makan

Rasional :

Mencegah regurgitasi dan aspirasi

5. Kolaborasi tim kesehatan lain tentang pemenuhan kebutuhan gizi klien.

Rasioanl : Meningkatkan keseimbangan nutrisi.

3. Gg. Mobilitas fisik berhubungan dengan immobilisasi, menurunnya kekuatan/kemampuan motorik

Tujuan :

Klien mampu melakukan ADL dengan kriteria :

· Klien mampu dan pulih kembali setelah paska akut dalam mempertahankan fungsi gerak

· Tidak terjadi dekubitus, kontraktur sendi

· Mampu mempertahankan keseimbangan tubuh.

Intervensi :

1. Kaji tingkat kemampuan mobilisasi klien dengan skala ketergantungan 0-4.

Rasional :

Untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang diberikan.

2. Atur posisi pasien dan ubahlah secara teratur tiap 2 jam sekali.

Rasional :

Meningkatkan sirkulasi tubuh dan mencegah terjadinya penekanan pada organ tubuh yangh menonjol dan tidak terjadi dekubitus.

3. Bantu pasien melakukan gerakan pasif ataupun aktif.

Rasional :

Mempertahankan fungsi sendi, mencegah penurunan tonus otot.

4. Lakukan massage, perawatn kulit, dan pertahankan alat tenun bersih dan kering.

Rasional :

Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan integritas kulit.

5. Kolaborasi dengan fisioterapi

Rasional : Menetukan program terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Doenges, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Ketiga. EGC, Jakarta

Fakultas Kedokteran UI. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aesculapius FKUI, Jakarta

Kecelakaan Lalu Lintas

Patofisiologi




No

Sign/Symptom

Etiologi

Problem

1

DS :

· Nyeri

· Sakit kepala

DO :

· Wajah tidak simetris

Penekanan vaskular serebral




Suplai Oksigen dan glukosa menurun




Terjadi metabolisme anaerob glukosa




Penimbunan Asam Laktat




Nyeri

Nyeri

2

DS : -

DO : -

TIK meningkat




Terjadi herniasi pada batang otak

Dyspnea




Resiko tinggi trhd pola napas tidak efektif

Resiko tinggi trhd pola napas tidak efektif

3

DS :

· Klien mengatakan muntah

· Klien mengatakan mual

DO :

· Klien tampak lemah

· Penurunan BB

Stimulus vagal




Peningkatan ekskresi asam lambung




Kebutuhan nutrisi ke jaringan terganggu




Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I KONSEP MEDIS .................................................................................

A. Defenisi ........................................................................................

B. Etiologi .........................................................................................

C. Patofisiologi .................................................................................

D. Gambaran Klinis ...........................................................................

E. Pemeriksaan Diagnostik ...............................................................

F. Penatalaksanaan ...........................................................................

BAB II KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian ....................................................................................

1. Pengumpulan Data .............................................................

2. Pengelompokan Data .........................................................

3. Analisa Data..........................................................................

B. Diagnosa Keperawatan .................................................................

C. Intervensi Keperawatan ..................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

C. Patofisiologi

Bahan Alergen




Respon immunoglobulin




Merangsang sel-sel radang




Menghasilkan sel mediator Hipersekresi kelenjar mukosa

Oleh allergen spesifik pada saluran pernapasan








Peningkatan permeabilitas Penumpukan sekret Penurunan

Kapiler ekspansi paru








Susah bernapas

Edema Perubahan membran

alveolar kapiler

Bersihan Jalan Napas Inefektif

Peningkatan histamin

Gangguan pertukaran gas

Gatal-gatal, bersin




Gelisah




Insomnia




Gangguan Pola Tidur

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

· Klien mengatakan susah bernapas

· Klien mengeluh batuk

· Klien mengungkapkan sulit tidur

· Klien mengeluh sering terbangun

· Klien mengatakan adanya serangan bersin yang berulang

· Kemerahan pada mukosa

· Takipnea

· Gelisah

· Klien tampak lemah, lesu

· Dispnea

· Sianosis

· Klien tampak pucat

· Batuk dengan sputum

2. Klasifikasi Data

Data Subyektif

Data Obyektif

· Klien mengatakan susah bernapas

· Klien mengungkapkan sulit tidur

· Klien mengeluh sering terbangun

· Klien mengatakan adanya serangan bersin yang berulang

· Klien tampak lemah, lesu

· Klien tampak pucat

· Klien mengeluh batuk

· Batuk dengan sputum

· Kemerahan pada mukosa

· Takipnea

· Gelisah

· Dispnea

· Sianosis

3. Analisa Data

No

Symptom

Etiologi

Problem

1

DS :

· Klien mengatakan susah bernapas

· Klien mengeluh batuk

· Klien mengatakan adanya serangan bersin yang berulang

DO :

· Batuk dengan sputum

· Dispnea

· Takipnea

· Kemerahan pada mukosa

Hipersekresi kelenjar mukosa pada saluran pernapasan




Penumpukan sekret




Susah bernapas




Bersihan Jalan Napas Inefektif

Bersihan Jalan Napas Inefektif

2

DS:

· Klien mengatakan susah bernapas

· Klien tampak pucat

DO:

· Dispnea

· Sianosis

Penumpukan sekret




Penurunan ekspansi paru




Perubahan membran alveolar kapiler




Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas

DS:

· Klien mengungkapkan sulit tidur

· Klien mengeluh sering terbangun

· Klien mengatakan adanya serangan bersin yang berulang

DO:

· Klien tampak lemah, lesu

· Gelisah

Peningkatan Histamin




Gatal-gatal, bersin




Gelisah, Insomnia




Gangguan Pola Tidur

Gangguan Pola Tidur

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan yang ditandai dengan :

DS :

· Klien mengatakan susah bernapas

· Klien mengeluh batuk

· Klien mengatakan adanya serangan bersin yang berulang

DO :

· Batuk dengan sputum

· Dispnea

· Takipnea

· Kemerahan pada mukosa

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru yang ditandai dengan :

DS:

· Klien mengatakan susah bernapas

· Klien tampak pucat

DO:

· Dispnea

· Sianosis

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya gatal dan bersin-bersin yang ditandai dengan :

DS:

· Klien mengungkapkan sulit tidur

· Klien mengeluh sering terbangun

· Klien mengatakan adanya serangan bersin yang berulang

DO:

· Klien tampak lemah, lesu

· Gelisah

C. Intervensi Keperawatan

1. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan.

Tujuan :

Klien akan menunjukan bersihan jalan napas efektif dengan kriteria :

· Tidak ada dispnea

· Bersin berkurang/hilang.

· Tidak adanya sekret

Intervensi :

· Kaji status pernapasan klien, bunyi napas, dan frekuensi napas.

Rasional : Sebagai dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya

· Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati.

Rasional : Menurunkan resiko aspirasi.

· Anjurkan teknik batuk efektif.

Rasional : Mempermudah pengeluaran sekret

· Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian oksigen

Rasional : Membantu dalam memenuhi kebutuhan oksigen.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

Tujuan :

Klien akan menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan kriteria :

· GDA dalam rentang normal

· Bebas gejala distress pernapasan.

Intervensi :

· Kaji frekuensi kedalaman pernapasan

Rasional : sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya

· Dorong mengeluarkan sputum, lakukan pengisapan bila diindikasikan.

Rasional : kental, tebal dan banyaknya sekret adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dilakukan jika batuk tidak efektif.

· Dorong pasien untuk tidur/istrahat dalam fase akut.

Rasional : untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat.

· Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi klien.

Rasional : dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya ekspansi paru.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya gatal dan bersin-bersin

Tujuan :

Klien akan menunjukan kebutuhan istrahat dan tidur terpenuhi dengan kriteria :

· Klien dapat tidur nyenyak

· Klien tidak tampak lesu dan lemah

Intervensi :

· Kaji pola tidur klien

Rasional : sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya

· Atur posisi yang nyaman pada saat klien akan tidur

Rasional : posisi yang nyaman dapat meningkatkan kenyamanan tidur

· Batasi pengunjung atau keluarga klien ketika klien akan tidur

Rasional : Pengunjung yang banyak dapat menimbulkan kebisingan dan mengganggu waktu istrahat klien.

· Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian sedatif

Rasional : dilakukan untuk membantu klien tidur dengan mudah.

Tugas Mata Kuliah : KMB

Dosen Pembimbing : Muslimin Siraja, S. Kep, Ns.

ASKEP RINITIS ALERGI




KELOMPOK

1. ABDUL WAHID

2. SITIANI ODE SAADIA

3. SURYANI TAMSIL

4. Lukman Albar



AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)

KABUPATEN BUTON

2007/2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar