Kamis, 25 Juni 2009

ASKEP HEMATOLOGI

LEUKEMIA


A. Definisi :

Leukemia adalah merupakan proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang (bone morrow). Penyakit ini sering disebut kanker darah.

B. Etiologi :

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

1. Faktor genetik : virus tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).

2. Radiasi.

Obat-imunosupresif, obat-obat karsinogenik seperti diethylstibestrol.

3. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.

4. Kelainan kromosom, misalnya pada Syndroma Down.

C. Patofisiologi :

Normalnya tulang marrow di ganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia.

Sistem retikuloendotial akan berpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.

Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan darah dan peningkatan tekanan jaringan.

Adanya infiltrasi pada ekstra medullar akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodus limfe dan nyeri persendian.

C. Manifestasi klinis :

§ Pucat, lesu.

§ Demam dan anoreksia.

§ Berat badan menurun.

§ Ptechiae, memar tanpa sebab.

§ Nyeri pada tulang dan persendian.

§ Nyeri abdomen.

§ Lymphedenopathy.

§ Hepatomegali.

§ Abnormal WRC.


Patofisiologi Leukemia dengan masalah keperawatan :

Proliferasi sel kanker




Sel kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi




Infiltrasi




Sel normal diganti dengan sel kanker




Depresi sumsum tulang Infiltrasi ke extramedular Infiltrasi ke SSP Metabolisme















Eritrosit Leukosit Faktor Tahanan Pembesaran pada limfa, Meningitis leukemia Sel kekurangan nutrisi

Pembekuan Jaringan lever dan tulang












Gg. Perfusi Jaringan Cadangan energi tubuh ↓

Anemia Daya tahan Perdarahan Gg. Integritas

Tubuh Kulit Nyeri tulang Tulang mengecil

dan sendi dan lunak Lemah / kelelahan











Lesu/lemah Infeksi Trombositopemia

Nyeri Fraktur fisiologis Intoleransi aktivitas

Asupan Perubahan faktor

Nutrisi Pembekuan darah








Gg. Nutrisi Resiko Injuri


D. Pemeriksaan Diagnostik :

  • Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur.
  • Aspirasi susmsum tulang (BMP) : hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
  • Biopsi sumsum tulang.
  • Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi.

E. Penatalaksanaan medis :

  1. Pelaksanaan kemoterapi.

Terdapat 3 fase pelaksanaan kemoterapi :

a. Fase Induksi :

Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosterpid (prednison), vincristin, da L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan sejumlah sel muda kurang dari 5 %.

b. Fase Profilaksisi sistem saraf pusat :

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocortison melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irridiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c. Konsolidasi :

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

  1. Hindari infeksi sekunder.
  2. Beri transfusi darah bila Hb kurang dari 6 gr %
  3. Beri serum trombosit bila terjadi trombositopenia berat dan perdarahan masif

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN LEUKEMIA

A. Pengkajian keperawatan :

  • Riwayat penyakit.
  • Kaji adanya tanda-tanda anemia : pucat, kelemahan, sesak, napas cepat.
  • Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, infeksi.
  • Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdaraan membran mukosa.
  • Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula : limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
  • Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hepertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rektal, dan nyeri.

B. Diagnosa keperawatan :

  1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
  2. Resiko injuri/perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor pembekuan.
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat.
  4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemoterapi, dan radioterapi.
  5. Nyeri : akut berhubungan dengan efek fisiologis neoplasma.
  6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi penyakit yang mengancam kehidupan klien kedepan.

C. Rencana keperawatan :

Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.

Tujuan : Klien tidak akan mengalami gejala-gejala infeksi.

Tindakan keperawatan :

  1. Tempatkan klien dalam ruangan khusus untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi.
  2. Anjurkan pengunjung atau staf melakukan tehnik mencuci tangan yang baik.
  3. Gunakan tehnik aseptik untuk seluruh prosedur invasif.
  4. Monitor tanda-tanda vital.
  5. Hindari penggunaan temperatur rektal, supositoria atau enema.
  6. Berikan waktu yang sesuai antara aktivitas dan istirahat.
  7. Berikan diet nutrisi secara lengkap.
  8. Monitor penurunan jumlah leukosit yang menunjukkan anak memiliki resiko yang besar untuk terkena infeksi.
  9. Beri antibiotik sesuai dengan instruksi.

Resiko injury/perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor pembekuan darah.

Tujuan : Klien tidak akan menunjukkan tanda-tanda perdarahan dan terlindung kemungkinan terjadinya perdarahan.

Tindakan keperawatan :

1. Kaji keadaan kulit dan membran mukosa setiap hari.

2. Laporkan setiap tanda-tanda terjadinya perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, pucat, diaforesis).

3. Kaji adanya tanda-tanda terlibatnya sistem saraf pusat (sakit kepala, penglihatan kabur).

4. Observasi urin dan feses terhadap adanya tanda-tanda perdarahan.

5. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi.

6. Gunakan sikat gigi yang lembut atau lunak dan oral hygiene.

7. Lakukan pemeriksaan darah secara teratur.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemoterapi, dan radioterapi

Tujuan : Klien akan mempertahankan keutuhan kulit dan menunjukkan efek negatif kemoterapi yang minimal.

Tindakan keperawatan :

1. Kaji secara dini tanda-tanda kerusakan integritas kulit.

2. Berikan perawatan kulit khususnya daerah perianal dan mulut.

3. Ganti posisi dengan sering.

4. Beri intake makanan dengan tinggi kalori tinggi protein.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi penyakit yang mengancam kehidupan klien kedepan.

Tujuan : Klien / keluarga akan mengekspresikan perasaannya / ketakutannya terhadap proses penyakit dan kemungkinan meninggal.

Tindakan keperawatan :

1. Jelaskan alasan setiap dilakukan setiap tindakan (prosedur perawatan dan pengobatan).

2. Jelasan orang tua tentang proses penyakit.

3. Jelaskan seluruh tindakan yang dapat dilakukan oleh klien.

4. Dorong keluarga untuk mengekspresikan perasaannya sebelum anak di diagnosa menderita keganasan dan prognosis anak buruk.

5. Diskusikan dengan keluarga bagaimana mereka akan mengatakan kepada anak tentang pengobatan anak dan kemungkinan terapi tambahan.

HIPERTENSI

A. Definisi :

§ Hipertensi adalah penyakit regulasi vaskuler yang terjadi karena malfungsi mekanisme kontrol arterial.

§ Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mm Hg (JNC = Joint Nasional Commite).

§ Hipertensi adalah tekanan darah dengan sistolik >160 mm Hg dan atau diatolik > 95 mmHg. Tekanan darah > 140/90 mmmHg untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah > 160/95 mm Hg untuk usia diatas 50 tahun (WHO = Word health Organisation).

Soeparman, membagi tekanan darah dalam 3 golongan :

  1. Normotensi yakni tekanan darah < 140/90 mm Hg
  2. Borderline yakni tekanan darah antara 140/90 mm Hg sampai 160/95 mmHg.
  3. Hipertensi yakni tekanan darah . 160/95 mm Hg.

B. Etiologi :

Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Hipertensi primer (essensial) :

§ Retensi Na+ dan H2O.

§ Sensitivitas terhadap sistem renin.

§ Obesitas.

§ Perokok.

§ Stress berkepanjangan

§ Intake alkohol yang berlebihan

§ Diabetes millitus.

2. Hipertensi sekunder :

§ Coartasio aorta.

§ Sindroma custing

§ Penyakit ginjal.

§ Toxemia kehamilan.

§ Thyrotoksikosis.

§ Tumor/trauma kepala.

§ Obat-obatan tertentu (kontrasepsi oral)

Hipertensi merupakan penyebab utama dari penyakit :

1. Gagal jantung (CHF)

2. Gagal ginjal (CRF)

3. Stroke (CVA)

C. Patofisiologi :

Mekanisme kontrol tekanan arterial meliputi :

1. Susunan saraf pusat (sistem simpatis).

2. Sistem renin-angiotensin-aldosteron.

3. Volume cairan ekstraseluler.

Tekanan darah meningkat jika terdapat :

  1. Peningkatan curah jantung.
  2. Peningkatan resistensi vaskuler.

Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor :

  1. Aliran darah (flow) :

Aliran darah ditentukan oleh kardio autput meliputi :

§ Kekuatan

§ Irama

§ Frekuensi.

§ Denyutan

§ Volume darah.

  1. Tahanan (resistensi) pembuluh darah.

Tahanan terhadap aliran darah ditentukan oleh :

§ Diameter dari pembuluh darah.

§ Kekentalan darah (viskositas).

Peningkatan tahanan perifer sebagai akibat dari penyempitan arteriola dan merupakan karakteristik yang paling dikenal pada hipertensi. Delatasi dan kontriksi arteriola perifer dapat dikendalikan oleh berbagai mekanisme terutama stimulus pada sistem saraf simpatis dan pengaktifan sistem angiotensinogen, misalnya pada stressor


Stressor




Rangsangan pada SSP (saraf simpatis)




Dikeluarkan norephrine dan epineprin

(ketokelamin)




Vasokontriksi pembuluh darah

(arteriola perifer)




resistensi perifer meningkat




Tekanan darah meningkat


Mekanisme autoregulasi aliran darah mencakup perubahan-perubahan sebagai berikut

1. Ekskresi natrium dan air oleh ginjal

2. Kepekaan baroresptor

3. Respon vaskuler.

4. Sekresi renin, ini paling banyak terdapat pada hipertensi perimer.

Akibat perubahan vaskuler ini paling nyata terjadi pada :

    • Otak
    • Ginjal.

Proses pengaturan tekanan darah oleh ginjal dan merupakan komponen essensial :

Aliran arteriola afferen menurun




Penurunan absorbsi natrium ditubulus




Kelenjar suprarenalis teraktivasi




Sistem Renin terangsang




Mengeluarkan substrat angiotensinogen (hati)




Angiotensin I (paru)

ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

Angiotensin II














Vasokontriksi merangsang saraf sekresi aldosteron

Pusat haus




Retensi Na dan H2O

ADH meningkat




Resistensi perifer meningkat Over volum









Over volum Kardio output meningkat









Tekananan darah meningkat


D. Gambaran klinis :

§ Tekanan darah diastolik > 95 mm Hg

§ Sakit kepala.

§ Leher tegang.

§ Pusing.

§ Mual, muntah.

§ Gelisa

§ Kekacauan mental.

§ Gangguan penglihatan.

§ Oliguria dan anuria.

§ Retinopati dengan perdarahan.

§ Denyut nadi lambat atau cepat

§ Rasa sesak.

§ Diaforesis.

E. Pemeriksaan diagnostik :

§ Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan

§ Elekrokardiografi.

§ Pemeriksaan retina dan pupil

§ Pemeriksaan renogram, pielogram, arteriogram.

§ Pemeriksaan kadar renin.

§ Pemeriksaan urin, darah dan elektrolit.

§ Kolesterol.

F. Penatalaksanaan :

Tujuan pengobatan :

1. Mencegah morbiditas dan mortalitas

2. Pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah arterial dibawah 140/90 mmHg, dengan pendekatan :

a. Pengobatan nonfarmakologik :

§ Istirahat yang cukup

§ Pengurangi Berat Badan

§ Pembatasan alkohol, garam

§ Berhenti merokok

§ Latihan dan aktivitas fisik.

§ Menghindari ketegangan (stress).

b. Pengobatan farmakologik :

§ Deuretik

§ Beta bloker.

§ ACE Inhibitor

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian keperawatan :

§ Kaji riwayat masa lalu dan sekarang tentang keadaan penyakit ginjal, kardiovaskuler dan serebral

§ Riwayat sakit kepala, edema, nokturia, perdarahan dari lokasi yang tidak diharapkan mis, epistaksis.

§ Perubahan penglihatan.

§ Hubungan dengan umur atau kondisi fisik

§ Perubahan berat badan.

§ Kebiasaan diet terutama mengkonsumsi garam.

§ Pekerjaan dan stressor

§ Nyeri kepala terutama saat aktivitas.

§ Leher kaku dan tegang

§ Peningkatan tekanan darah

§ Palpasi arteri karotis, radial, femoral, poplitela, tibialis posterior, dorsalis pedis.

§ Pemeriksaan mata terhadap perubahan sistem vaskuler.

B. Diagnosa keperawatan :

1. Penurunan kardio output

2. Nyeri akut

3. Potensial perubahan perfusi jaringan : kardiopulmoner, serebral, ginjal, GI dan perifer.

4. Intoleransi aktivitas.

5. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

C. Rencana keperawatan :

Penurunan kardio output berhubungan dengan hipertropi ventrikular akibat vasokontriksi vaskuler ditandai dengan :

· Heart Rate meningkat.

· Blood Pressur meningkat.

· Kulit dingin

· Diaforesis

Tujuan :

Klien akan menunjukkan curah jantung tetap stabil atau membaik dengan kriteria :

- Memperlihatkan kestabilan hemodinamik (TD,

- Curah jantung dalam rentang normal,

- Haluaran urine adekuat,

- Penurunan adanya disritmia).

Intervensi keperawatan :

1. Monitor tekanan darah.

2. Catat kualitas denyut nadi.

3. Auskultasi bunyi jantung dan napas tambahan.

4. Observasi warna kulit dan temperatur

5. Beri lingkungan yang tenang, batasi pengunjung.

6. Pertahankan kebutuhan cairan dan diet rendah garam.

Nyeri : akut berhubungan dengan peningkatan tekanan pada pembuluh darah serebral tandai dengan :

· Sakit kepala

· Leher tegang

· Gelisa dan cemas

· Tekanan darah meningkat.

Tujuan :

Klien akan melaporkan rasa nyamannya meningkat dengan kriteria :

- Nyeri terkontrol atau menurun

- Sakit kepala hilang atau menurun

- Leher tidak terasa tegang.

Intervensi keperawatan :

1. Beri istirahat selama serangan

2. Kaji karakteristik nyeri.

3. Kompres dingin didahi, punggung dan leher atau massage.

4. Ajar tehnik relaksasi.

5. Beri analgetik dan anti sedativa

Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan : kardiopulmoner, serebral, ginjal, GI dan perifer berhubungan dengan adanya gangguan sirkulasi darah ditandai dengan :

· Tekanan darah meningkat.

· Rasa sesak.

· Sakit kepala

· Mual dan muntah

· Kencing sedikit-sedikit

Tujuan :

Klien akan menunjukkan perbaikan perfusi jaringan dengan kriteria :

- Tekanan darah dalam batas normal

- Tidak ada keluhan sakit kepala

- Haluaran urin 30-60 ml/jam

Intervensi keperawatan :

1. Observasi tanda-tanda vital.

2. Pertahankan tirah baring.

3. Ukur masukan dan haluaran cairan

4. Pasang pemantau jantung; catat strip irama EKG setiap 4 jam.

5. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.

6. Lakukan ambulasi sesuai kemampuan : hindari kelelahan

7. Berikan obat-obatan antihipertensi sesuai instruksi

Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolisme tubuh terjadi peningkatan ditandai dengan :

· BB > 10-20 %.

· Napsu makan meningkat

· Aktivitas menurun.

· Output urin menurun

Tujuan :

Klien akan mengidentifikasi kebutuhan nutrisinya yang adekuat dengan kriteria :

- Napsu makanan stabil

- BB ideal

- Intake dan output stabil

- Aktivitas sehari-hari meningkat.

Intervensi keperawatan :

1. Kaji pemahaman klien tentang hipertensi hubungannya dengan obesitas.

2. Kaji intake kalori/hari dan diet yang telah ditentukan.

3. Diskusikan penurunan intake kalori dan batasi garam, lemak dan gula.

4. Tentukan jumlah BB yang harus diturunkan misalnya 1-2 kg per minggu.

5. Bantu klien memilih makanan yang tepat dan hindari lemak/kolesterol dan kofein.

TROMBOSITOPENIA

A. Definisi :

Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi didalam darah (kurang dari 100.000 / mm3) yang paling sering menyebabkan perdarahan (haemoragie).

Pasien dengan trombositopenia biasanya menunjukkan gejala asimtomatik sampai jumlah trombosit berada dibawah dari 20.000 / mm3.

Trombositopenia berat dapat menyebabkan kematian akibat kehilangan darah atau perdarahan dalam organ-organ.

Jumlah trombosit normal : 150.000 – 450.000 mm3

B. Penyebab :

Penyebab penurunan jumlah trombosit yaitu :

§ ITP (Idiopatik trombositopenia purpura)

§ Anemia

§ Depresi sumsum tulang.

§ DIC (Koagulasi intravaskular Diseminasi)

§ Eklamsia

§ Hepatitis

§ Penggunaan salisilat.

Penyebab lain seperti :

§ Kegagalan produksi trombosit

§ Leukemia

§ Invasi tumor pada sumsum tulang

§ Anemia aplastik

§ Penggunaan obat-obaan seperti Heparin, obat sitotoksit

C. Patofisiologi :

Trombositopenia adalah penyebab perdarahan abnormal yang paling sering . Kondisi ini dapat diakibatkan oleh :

§ Penurunan pembentukan trombosit oleh sumsum tulang atau akibat peningkatan destruksi perifer, mis : anemia tertentu, septikemia, sitotoksik obat, terapi radiasi, atau leukemia.

§ Peningkatan penghancuran trombosit, mis : Idiopatik trombositopenia purpura (ITP), lupus eritematous, limfoma malignan, obat (digoksin, fenitoin, aspirin) dan infeksi postviral.

§ Peningkatan penggunaan trombosit, mis : Koagulasi intravaskular Diseminasi (DIC).

Penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi darah akan meningkatkan resiko perdarahan hebat, bahkan hanya dengan cedera ringan atau perdarahan spontan kecil.


Patofisiologi Trombositopenia dan masalah keperawatan :

Penyakit, tumor, obat-obatan, dll




Pembentukan trombosit oleh sumsum tulang menurun




Trombositopenia




Faktor pembekuan darah menurun Resiko injuri/perdarahan




Penurunan jumlah trombosit dalam sikulasi darah

Cemas Perdarahan aliran darah ke organ tubuh menurun









Gangguan perfusi jaringan : Kardiopulmoner,

Serebral, ginjal, GI dan perifer

episode hemoragie atau ekstravasasi Kekurangan volume cairan tubuh

darah kedalam jaringan.




Nyeri kronis


D. Gambaran klinis :

1. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun dibawah 20.000 / mm3

2. Tanda-tanda adanya perdarahan.

a. Petekei terjadi spontan (jumlah trombosit kurang dari 50.000 / mm3).

b. Ekimosis : terjadi pada daerah trauma minor.

c. Perdarahan dari permukaan mukosa, gusi, hidung, saluran pernapasan.

d. Memorragia

e. Hematuria.

f. Hemoragie spontan fatal dari sistem saraf pusat atau hemoargie gastrointestinal (jumlah trombosit kurang dari 5.000 / mm3)

3. Perdarahan berlebihan setelah prosedur bedah atau prosedur ekstraksi gigi (jumlah trombosit kurang dari 20.000 / mm3)

E. Pemeriksaan diagnostik :

1. Pemeriksaan sumsum tulang, jika defisiensi trombosit akibat penyakit yang mendasari.

2. Peningkatan megakariosit dan pembentukan trombosit normal dalam sumsum tulang, jika yang menjadi penyebab adalah destruksi perifer.

F. Penatalaksanaan :

§ Atasi penyebab yang utama.

§ Untuk trombositopenia sekunder adalah pengobatan yang biasa dilakukan untuk mengobati penyakit yang mendasari.

§ Beri transfusi trombosit dan lakukan kontrol perdarahan.

§ Kortikosteroid atau immunoglobin IV dapat bermanfaat pada pasien tertentu.

ASUHAN KEPERAWATAN TROMBOSITOPENIA

A. Pengkajian keperawatan :

1. Kaji riwayat kesehatan klien.

2. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan :

a. Perdarahan dan petekei (jumlah trombosit < 10.000 / mm3

b. Perdarahan hidung (epitaksis), perdarahan dari menstruasi yang berlebihan, dan hemoaragie yang terjadi setelah pembedahan dan pencabutan gigi (jumlah trombosit kurang dari 20.000 / mm3

c. Hemaragie spontal fatal dari sistem saraf pusat atau hemoragie GI (jumlah trombosit < 5.000 / mm3

3. Kaji adanya keluhan sakit kepala, nyeri sendi, pusing, perubahan orientasi (tempat, waktu dan orang), dan penurunan haluaran urin.

4. Riwayat minum obat-obatan mis : obat digoksin, fenitoin, aspirin

B. Diagnosa keperawatan :

1. Resiko injuri/perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

2. Gangguan perfusi jaringan (kardiopulmoner, ginjal serebral, GI, dan perifer) berhubungan dengan aliran darah ke organ tubuh menurun

3. Nyeri kronis berhubungan dengan episode hemoragie atau ekstravasasi darah kedalam jaringan.

4. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan adanya perdarahan

C. Rencana keperawatan :

Resiko injuri/perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

Tujuan :

Klien akan bebas dari adanya tanda-tanda perdarahan dan tidak ada memar di kulit.

Tindakan keperawatan :

  1. Pantau klien terhadap adanya hematuria, melena, epistaksis, hematemesis, atau petekei dan ekimosis.
  2. Lindungi klien dari cedera.
  3. Hindari klien dari tindakan invasif (bila perlu)
  4. Pantau jumlah trombosit setiap hari.
  5. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan valsava manuver saat bab.
  6. Ajarkan klien untuk menggunakan pencukur listrik dan sikat gigi yang lembut.
  7. Beri trombosit sesusi instruksi.

Gangguan perfusi jaringan : kardiopulmoner, ginjal serebral, GI, dan perifer berhubungan dengan aliran darah ke organ tubuh menurun

Tujuan :

Klien akan menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.

Tindakan keperawatan :

  1. Kaji klien terhadap perubahan tingkat kesadaran dan respon pupil.
  2. Pantau klien terhadap keluhan sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, mual dan muntah.
  3. Pantau perubahan tanda-tanda vital.
  4. Kaji haluaran urin
  5. Monitor intake dan autput urin cairan.
  6. Anjurkan klien banyak minum 1-2 liter/hari.

Nyeri kronis berhubugan dengan episode hemoragie atau ekstravasasi darah kedalam jaringan.

Tujuan :

Klien akan menyatakan ketidaknyamannya menurun dan tenang.

Tindakan keperawatan :

  1. Pantau tingkat nyeri yang dialami klien.
  2. Pantau adanya kelelahan, malaise dan nyeri sendi.
  3. Pertahankan lingkungan yang tenang.
  4. Elevasikan tungkai untuk meminimalkan ketidaknyaman sendi pada ekstermitas bawah.
  5. Gunakan alas tempat tidur yang lembut untuk mengurangi tekanan pada jaringan pada ekstermitas bawah.
  6. Beri obat analgetik sesuai dengan instruksi.

DAFTAR PUSTAKA :

  • Bare & Sulmetzer (2001) Kperawatan Medikal-Bedah Bruner & Suddart Edisi 8. Penerbit EGC Jakarta
  • Baughman & Hackley (2000) Buku Saku Keperawatan Medikaldari Brunner & Suddarth. Penerbit EGC Jakarta
  • Corwin 2001. Buku saku patofisiolog. Penerbit EGC Jakarta
  • Doenges Marilyn E (1999) Rencana Asuhan keperawatan Penerbit EGC Jakarta
  • Long Barbara (1985) Keperawatan Medikal-Bedah suatu pendekatan proses keperawatan.Penerbit yayasan IAPK Pajajaran Bandung
  • Nettima Sandra (2001). Pedoaman Praktik Keperawatan Penerbit EGC Jakarta.

Daftar pustaka :

  • Corwin Elizabeth J. (2001) Buku saku Patofisiologi. Penerbit EGC Jakarta
  • Carpenito LJ (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Penerbit EGC Jakarta
  • Baughman & Hackley (200).Buku saku Kekeperawatan Medikal- bedah Brunner & Sudarth Penerbit EGC Jakarta
  • Engram Barbara (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Penerbit EGC Jakarta
  • Nettima Sandra (2002). Pedoman Praktek Keperawatan. Penerbit EGC Jakarta
  • Tucker dkk (1998). Standar Perawatan Pasien Edisi 5, Penerbit EGC Jakarta
  • Smeltzer dan Bare (2002). Keperawatan Medial-Bedah Brumer dan Suddarrth Edisi 8. Vol. 2. Penerbit EGC Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA :

  • Bare & Sulmetzer (2001) Kperawatan Medikal-Bedah Bruner & Suddart Edisi 8. Penerbit EGC Jakarta
  • Baughman & Hackley (2000) Buku Saku Keperawatan Medika-Bedah ldari Brunner & Suddarth. Penerbit EGC Jakarta
  • Doenges Marilyn E (1999) Rencana Asuhan keperawatan Penerbit EGC Jakarta
  • Long Barbara (1985) Keperawatan Medikal-Bedah suatu pendekatan proses keperawatan.Penerbit yayasan IAPK Pajajaran Bandung
  • Noer Sjaefoelah (1966) Ilmu penyakit Dalam.Penerbit Balai Pustaka FKUI Jakarta
  • Nettima Sandra (2001). Pedoaman Praktik Keperawatan Penerbit EGC Jakarta.
  • Tucker et al (1998) Standar Perawatan pasien Edisi 5 Volume 1 Penerbit EGC Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar