Selasa, 27 Oktober 2009

PENELITAN JILID II

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan maka pada bab ini akan diuraikan hasil pembahasan tentang “Motifasi Remaja Pria Perokok Terhadap Perilaku Merokok di Lingkungan Bantea Kelurahan Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tahun 2009”.

Dalam penyajian data akan disajikan dalam dua bentuk data yaitu data umum dan data khusus. Data umum menjelaskan tentang karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan. Sedangkan data khusus menguraikan tentang motifasi dan perilaku merokok remaja pria, yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

Adapun gambaran tentang Lingkungan Bantea tempat dimana penelitian ini dilaksanakan yakni merupakan suatu kawasan yang berada dalam lingkup Kelurahan Tolandona dengan luas wilayah sekitar 118 Ha. Wilayah ini sebelah selatan berbatasan dengan Selat Buton, sebelah barat berbatasan dengan Teluk Tolandona sebelah utara berbatasan dengan Desa Baruta Lestari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Tolandona Matanaeo. Pada tahun 2008 wilayah ini dihuni oleh 1423 jiwa dengan jumlah kepala keluarga yang tercatat sekitar 322 kepala keluarga.

A. Hasil Penelitian

a. Data Umum

Data umum meliputi karakteristik responden yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, remaja pria perokok

Di Lingkungan Bantea Kelurahan Tolandona Tahun 2009

No

Umur (Tahun)

Jumah (n)

Persentase (%)

1.

2.

3.

11 – 13 tahun

14 – 16 tahun

17 – 24 tahun

8

10

27

18

22

60

Total

45

100

Sumber : Data Primer

2. Karakteristik Respponden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan, remaja pria perokok

Di Lingkungan Bantea Kelurahan Tolandona Tahun 2009

No

Pendidikan

Jumah (n)

Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

Tidak sekolah

SD

SMP

SMU/SMK

Perguruan Tinggi

0

11

13

17

4

0

24

29

38

9

Total

45

100

Sumber : Data Primer

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan, remaja pria perokok

Di Lingkungan Bantea Kelurahan Tolandona Tahun 2009

No

Pekerjaan

Jumah (n)

Persentase (%)

1.

2.

3.

Tidak bekerja

Wiraswasta

Pelajar

0

16

29

0

36

64

Total

45

100

Sumber : Data Primer

b. Data Khusus

Pada data khusus akan disajikan tentang motivasi dan perilaku remaja pria perokok dalam merokok.

1. Motivasi Remaja Pria Perokok terhadap Perilaku Merokok

Tabel 5.4

Motivasi Remaja Pria terhadap Perilaku Merokok

Di Lingkungan Bantea Kelurahan Tolandona Tahun 2009

No

Motivasi

Jumah (n)

Persentase (%)

1.

2.

Motivasi kuat

Motivasi lemah

27

8

60

40

Total

45

100

Sumber : Data Primer

2. Perilaku Remaja Pria Perokok dalam Merokok

Tabel 5.5

Perilaku Remaja Pria Perokok dalam Merokok

Di Lingkungan Bantea Kelurahan Tolandona Tahun 2009

No

Perilaku

Jumah (n)

Persentase (%)

1.

2.

3.

Perokok tetap (20- 45%)

Perokok reguler (46 – 72%)

Perokok pemula (73 – 100%)

2

35

8

4

78

18

Total

45

100

Sumber : Data Primer

B. Pembatasan

Pada bagian ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian untuk menjawab tujuan penelitian seperti yang tela diuraikan pada Bab I, meliputi :

a. Motivasi Remaja Pria Perokok terhadap Perilaku Merokok

Pada tabel 4.5 tentang motivasi remaja pria perokok terhadap perilaku merokok di Lingkungan Bantea menunjukkan bahwa dari 4 responden, lebih banyak responden memiliki motivasi yang kuat terhadap perilaku merokok yakni sebesar 60% atau sebanyak 27 responden.

Hal ini mungkin disebabkan oleh karena adanya motivasi intrinsik yang lebih kuat dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik, dimana motivasi intrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri, seingga walaupun disampaikan beberapa kali oleh orang lain tidak akan dapat merubah remaja tersebut untuk meminum alkohol, kalau itu tidak ada kesadaran yang timbul dari dalam diri sendiri. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Sunaryo (2004) bahwa motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (intrinsik) bukan pengaruh lingkungan (motivasi ekstrinsik).

Motivasi yang kuat akan mendorong seseorang untuk berperilaku atau melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhannya atau memuaskan hidupnya dengan berbagai cara. Apalagi subjek dari penelitian dalam hal ini adalah remaja yang mana mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk mencoba sesuatu tujuan yang ingin mereka ketahui, misalnya mengkonsumsi alkohol dan mereka tak sadar bahwa alkohol lambat laun akan merusak organ tubuhnya.

Akan tetapi, bagaimanapun juga keluarga dan sekolah tetap merupakan lingkungan primer dan sekunder pada remaja dan lingkungan masyarakat hanyalah lingkungan tertier yang derajat kekuatannya untuk merusak kedalam jiwa remaja seharusnya tidak sekuat keluarga dan sekolah, jika kadar pengaruh lingkungan primer dan sekunder tersebut bagi remaja masih kuat.

Dan motivasi yang merupakan pendorong seseorang untuk berperilaku/beraktifitas dalam pencapaian tujuan menurut Widyatun (1999) atau Nancy Stevenson (2001), yang menyatakan bahwa motivasi adalah segala hal verbal, fisik atau psikologi yang membuat seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai respon, tidak akan memberi andil yang besar dalam perilaku merokok remaja pria.

Hal ini didukung oleh Red Forehand (1997), yang mengemukakan bahwa semakin tinggi pemantauan orang tua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa seorang remaja.

K. Fisher (1987) berdasarkan hasil penelitiannya juga menambahkan bahwa kebiasaan meroko remaja yang selama ini diangggap disebabkan oleh karena pengaruh teman dan iklan, ternyata hanya benar demikian sejauh remaja itu sendiri memang sudah perokok atau mempunyai keinginan untuk merokok. Remaja yang tidak pernah atau tidak ingin menjadi perokok, tetap tidak akan terpengaruh.

b. Perilaku Remaja Pria dalam Merokok

Pada tabel 5.5 tentang perilaku remaja pria perokok dalam merokok menunjukkan bahwa dari 45 responden, 8 responden (18%) merupakan perokok pemula, 35 responden (78%) merupakan perokok reguler dan 2 responden (4%) merupakan perokok tetap.

Adapun faktor-faktor yang memungkinkan remaja pria di Lingkungan Bantea mayoritas merupakan perokok reguler yakni dipengaruhi oleh tiga komponen perilaku yang mana menurut Benyamin Bloom (1980) terdiri atas pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan praktek (practice).

Pengetahuan adalam merupakan hasil tahu dan terjadi melalui proses penginderaan (Notoatmodjo, 1997). Berdasarkan hasil penelitian maka mayoritas responden (38% atau 17 responden) tidak pernah untuk mencoba mencari tahu tentang penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh rokok.

Ditinjau dari komponen perilaku yang kedua yaitu sikap yang menurut Newcomb didefinisikan sebagai kesediaan/kesiapan remaja untuk bertindak, remaja pria di lingkungan ini mayoritas (38% atau 17 responden) tidak pernah merokok untuk menghargai teman yang merokok, akan tetapi sikap keingintahuan terhadap apa yang sebenarnya dirasakan oeh perokok justru lebih besar pengaruhnya sehingga mereka mencoba merokok yakni sebanyak (22 responden atau 49%).

Azwar Saifuddin (1995), menyatakan bahwa sikap juga mempunyai tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen afektif (perasaan) seperti yang telah dipaparkan di atas, komponen kognitif (kepercayaan) dan komponen konatif atau kecenderungan untuk melakukan tindakan.

Pada komponen kognitif (kepercayaan), sebanyak 24 responden (53%) tidak pernah mempercayai bahwa merokok dapat menenangkan jiwa mereka disaat stress, tetapi 6 responden (13%) selalu percaya bahwa merokok bisa mengurangi stress yang mereka alami.

Selai itu, pada komponen konatif atau kecenderungan untuk melakukan tindakan (merokok) karena tawaran rokok secara gratis oleh teman sepergaulan menunjukkan tingkat perbedaan yang tidak mencolok yakni tidak pernah dan kadang-kadang 49% (22 responden), jarang 2% (9 responden), sering 9% (4 responden) dan 22 % (10 responden) menyatakan selalu.

Oleh karena tu, seperti yang telah dikemukakan oleh Rogers (1974), bahwa perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut tidak akan bersifat langgeng.

Ditambahkan pula oleh Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990) yang menyatakan bahwa perilaku manusia pada hakekatnya merupakan interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi bahwa dia adalah makhluk hidup. Dan remaja akan berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan budayanya. (Alison Davis).


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Motivasi remaja pria terhadap mengkonsumsi rokok di Lingkungan Bantea Kelurahan Tolandona adalah mayoritas mempunyai motivasi yang kuat sebanyak 27 responden (60%) dan yang memiliki motivasi lemah sebanyak 18 responden (40%).

2. Perilaku remaja dalam mengkonsumsi rokok di Lingkungan Bantea Kelurahan Tolandona mayoritas perokok reguler dimana dari 45 responden terdapat 35 responden (78%) merupakan perokok reguler. Sedangkan 8 responden (18%) merupakan perokok pemula dan 2 responden (4%) merupakan perokok tetap.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, maka penulis menganjurkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kebiasaan remaja yang suka mencoba sesuatu yang baru akan mendorong mereka untuk mencoba merokok sehingga amatlah pentingbagi remaja kiranya dapat memilih tentang sesuatu hal baru apakah pantas untuk di coba atau hanya untuk sekedar di ketahui.

2. Pergaulan remaja dapat mempengaruhi perilaku remaja bahkan juga mampu mendorong remaja untuk merokok, Oleh karna itu peran keluarga slaku primer bagi tmpat perkembangan sifat-sifat kepribadian diri remaja sebaiknya dapat menciptakan suasana yang penuh penerimaan ,interaksi,dan kepribadian.

3. Merokok di usia remaja memiliki potensi yang sangat besar menjadi perokok tetap hanya dalam kurun waktu 2 tahun maka sebaiknya berusaha untuk mneghindari atau mengurangi jumlah konsumsi rokok tiap harinya.

4. Kita sebagai remaja hendaknya dapat memilih nilai-nilai yang pantas untuk diambil dari suatu kebudayaan dan nilai-nilai yang buruk hendaknya di buang jauh-jauh atau di tinggalkan.

5. Berusaha untuk mencari teman yang bersih, ingatlah bahwa teman sejati tidak pernah menawarkan sesuatu yang dapat berakibat buruk pada diri kita, namun senantiasa mengajak untuk selalu bertindak positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar