BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa dimana terjadinya kelabilan jiwa karena telah memasuki fase dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja yang merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis kelamin, umur dan lingkungan, banyak juga remaja yang merokok dipengaruhi oleh teman mereka karena apabila tidak merokok dikatakan tidak gaul oleh teman-temannya. WHO memperkirakan bahwa 2020 penyakit berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama banyak Negara, bahkan merokok dianggap menjadi entry point pada penyalahgunaan narkotika.
Sekitar 4,9 juta
Di Indonesia prevalensi merokok pada orang dewasa (usia 15 tahun keatas) yakni pria 63,1 % (naik 1,4 % dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5 % (tiga kali lipat dibandingkan tahun 2001). Sementara prevalensi merokok pada anak-anak (usia 13 – 15 tahun) perinciannya pada anak laki-laki 24,5 % dan anak perempuan 2,3 %. Sebanyak 30,9 % dari anak-anak yang merokok telah mulai merokok sebelum umur 10 tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah perokok pemula (usia 5 – 9 tahun) naik secara signifikan. Hanya dalam kurun waktu 3 tahun (2001 – 2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi 2,8 % ( www.ghozan.blogsome.com).
Dalam survey WHO yang diselenggarakan di seluruh dunia pada remaja pria didapatkan 55 % dari mereka yang termotivasi terhadap perilaku merokok dipengaruhi oleh iklan dan lingkungan. Anak yang memiliki teman perokok sembilan kali lebih rentan untuk mencoba rokok. Begitu mencoba mereka jadi kecanduan, seperti di informasikan di kemasan rokok atau setiap iklan rokok bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Akan tetapi, mengapa peringatan itu bisa menjungkal akal sehat sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Hal ini dapat terjadi karena menurut para remaja dengan mereka mengisap rokok terasa bahwa pikiran mereka menjadi tenang dan jika ada masalah mereka merasa masalahnya hilang bahkan dengan merokok mereka merasa bisa membuka jalan pikiran untuk mencegah masalah yang dihadapi.
Merokok merupakan kebiasaan yang sering kita jumpai setiap hari dan sudah menjadi masalah yang kompleks secara sosial. Penelitian telah banyak dilakukan dan disadari bahwa merokok dapat mengurangi kemampuan system kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan mengganggu kesehatan tubuh. Sebanyak 90 % dari asap rokok mengandung berbagai gas seperti N2, O2, CO2 dan sisanya 10 % mengandung partikel-partikel tertentu seperti Tar, Nikotin dan lain-lain. Bahkan sebagaimana dilansir oleh Enviroment Protection Association (EPA) atau Badan Proteksi Lingkungan memastikan bahwa asap rokok memuat 4000 senyawa kimia, 200 diantaranya toksik (beracun), 43 diantaranya pemicu
Peningkatan drastis konsumsi tembakau para remaja terjadi pada tahun 2001 yang telah mencapai 24,2 % dari semula 13,7 % pada tahun 1995. Persentase peningkatan itu terjadi pada remaja laki-laki umur 15 – 19 tahun yang kemudian menjadi perokok tetap.
Di Indonesia disinyalir sekitar 44 % perokok aktif merupakan kelompok muda yang berusia 10 – 19 tahun dan 37 % diantara mereka berusia 20 – 29 tahun. Diperkirakan sekitar 85 juta penduduk
Berdasarkan informasi dari pihak karang taruna di Kelurahan tempat penelitian ini dilaksanakan, jumlah remaja di Lingkungan Lasitarda adalah 80 orang dimana didapatkan 35 orang remaja sudah mulai merokok. Diperkirakan hampir semua remaja yang berusia 11 – 21 tahun pernah merokok. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang “ Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok di Lingkungan Lasitarda Kelurahan Tanganapada Kecamatan Murhum Kota Bau-Bau Tahun 2008 ”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pernyataan Masalah
Remaja pria yang mempunyai kebiasaan merokok sudah seringkali terlihat dimana-mana mulai dari umur 11 – 21 tahun dan didapatkan perokok aktif 10 – 19 tahun. Kebanyakan mereka mulai merokok karena terpengaruh oleh teman-temannya, lingkungan serta iklan rokok dan apabila mereka tidak merokok dikatakan tidak gaul, tidak keren, tidak percaya diri dan tidak macho, dan dengan merokok pula dapat mengatasi stress yang dihadapi para remaja pria serta membuat pikiran menjadi tenang. Hal ini disebabkan oleh faktor coba-coba sehingga mereka menjadi kecanduan.
1.2.2 Pertanyaan Masalah
Dari pernyataan diatas dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di Lingkungan Lasitarda Kelurahan Tanganapada Kecamatan
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di Lingkungan Lasitarda Kelurahan Tanganapada Kecamatan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memperoleh gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok.
2. Untuk mengidentifikasi remaja pria dalam merokok.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan (Akademi Keperawatan Kabupaten Buton) dan Kelurahan tempat penelitian ini dilaksanakan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja pria.
2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan bagi pengembangan ilmu keperawatan kesehatan masyarakat serta penelitian berikutnya.
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang riset keperawatan khususnya yang berhubungan dengan tobacco/nikotin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Tentang Motivasi
2.2.1 Pengertian
Motivasi itu mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin Movere yang berarti mendorong/menggerakkan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku dan beraktivitas dalam pencapaian tujuan (Widayatun, 1999).
Menurut Vroom (Donovan, 2001), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung 3 komponen pokok, yaitu :
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada
2. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian, ia menyediakan suatu onertasi tujuan tingkah laku terhadap sesuatu.
3. Menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar harus meningkatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan
2.2.2 Proses
Gambar 2.1 : Proses Motivasi
Rangsangan
![]() |
- kepribadian
- sikap
- pengalaman masa lalu
- harapan masa datang Faktor-faktor intrinsic
![]() |
A1 A2 A3 A4
![]() |
Alternatif tindakan
![]() |
Pemilihan tindakan
Respon
Sumber : W. Jack Duncan. Organization Behavior. Haughton Miffin Coy. Boston 1981, hal 139.
Jadi, motivasi diawali dengan keinginan untuk mempengaruhi perilaku seseorang, keinginan tersebut melalui proses persepsi diterima seseorang. Proses persepsi ini ditentukan oleh sikap, kepribadian, pengalaman dan harapan seseorang. Selanjutnya apa yang diterima tersebut diberi arti oleh yang bersangkutan menurut minat dan keinginannya (faktor intrinsik). Minat ini mendorongnya untuk mencari informasi yang akan digunakan oleh yang bersangkutan untuk mencari informasi yang akan digunakan untuk mengembangkan beberapa alternatif tindakan. Berdasarkan tindakan ini selanjutnya ia melakukan evaluasi yaitu dengan membandingkan hasil yang dicapainya dengan tindakan sendiri.
2.2.3 Teori Motivasi
a. Teori hedonisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang atau gembira.
b. Teori naluri yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia.
c. Teori kebudayaan yaitu motivasi yang akan menimbulkan perilaku berbudaya.
d. Teori kebutuhan berdasarkan Abraham Maslow, yaitu motivasi merupakan motor perilaku seseorang/individu. Semakin kuat motivasi seseorang maka semakin cepat dalam memperoleh tujuan kepuasaan.
2.2.4 Bentuk-Bentuk Motivasi
a. Motivasi intrinsik atau motivasi yang datang dari dalam
b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar
c. Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit atau munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali munculnya pada perilaku aktivitas seseorang.
d. Motivasi yang berhubungan dengan ideology politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam yang sering menonjol adalah motivasi sosial karena
2.2.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi
a. Faktor fisik dan proses mental
b. Faktor hereditas lingkungan dan kematangan/usia
c. Faktor intrinsic seseorang
d. Fasilitas (sarana.prasarana)
e. Situasi dan kondisi
f. Program dan aktivitas
g. Audio asul cud (Media)
2.2.6 Cara Meningkatkan Motivasi
a. Dengan tehnik verbal
- Berbicara untuk meningkatkan semangat
- Pendekatan pribadi
- Diskusi, dan sebagainya
b. Tehnik tingkah laku (meniru, mencoba, menerapkan)
c. Tehnik insentif dengan cara mengambil kaidah yang ada
d. Supertisi (kepercayaan akan sesuatu serta logis namun membawa keberuntungan)
e. Citra/image yaitu daya khayal yang tinggi sehingga
2.2 Tinjauan Tentang Remaja
2.2.1 Pengertian
Remaja merupakan suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari fisik, emosi, kognitif dan sosial yang menjembatani masa
Batasan remaja menurut WHO (Muangman 1980, dalam Sunaryo 2004), remaja suatu masa dimana :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali dan menunjukkan tanda-tanda sexual sekundernya sampai saat mencapai kematangan sexual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh ke keadaan yang relative lebih mandiri.
Berdasarkan definisi konseptikal yang diberikan oleh WHO, salah satu ciri remaja adalah perkembangan psikolosikanya. Dalam hubungan ini menurut Esikszentimiha dan Larsen (1984) dalam Sunaryo (2004) menyatakan bahwa remaja adalah restrukturisasi kesadaran yang mana puncak pengembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses
WHO menetapkan batas usia 10 – 20 tahun sebagai batasan remaja sedangkan PBB menetapkan usia 15 – 24 tahun sebagai usia pemuda (Senderowit dan Paxman (1985) dalam Hanifah (2000).
Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda yaitu kurun usia 11 – 24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Usia 11 tahun adalah usia pada umumnya tanda-tanda sexual sekunder mulai
b. Berbanyak masyarakat
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identiry cribk erikson), tercapainya fase genetal dari perkembangan psikoseksual (Murt Freud) dan tercapainya puncak perkembangan cognitif (Piaget) maupun moral (
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu memberi peluang lagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih mengantungakan diri pada
e. Status perkawinan masih sangat penting di masyarakat
2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
2.2.2.1 Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan pubertas dan perkembangan fisik merupakan hasil dari aktivitas aksis hypothalamus-hipofisis-gonad pada masa
Pada perempuan LH berperan penting pada ovulasi dari ovum yang mati dan juga terlibat dalam pembentukan karpus luteum dan sekresi progesteron sedangkan FSH berfungsi untuk menstimulasi maturasi dari ovarium, fungsi sel granulosa dan sekresi estradiol yang memungkinkan terjadinya maturasi traktus genetalia wanita dan perkembangan payudara.
Pada laki-laki, LH akan menstimulasi sel-sel interstitial testis yang mengahasilkan testoteron dan FSH merangsang spermatosit dengan adanya testosterone. Secara lengkap (Muss, 1968 dalam Sunaryo 2004) memuat
1. Pada anak perempuan
a. Pertumbuhan
b. Pertumbuhan payudara
c. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna
d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya
e. Bulu kemaluan menjadi keriting
f. Haid
g. Tumbuh bulu-bulu pada ketiak
2. Pada anak laki-laki
a. Pertumbuhan tulang-tulang
b. Testis membesar
c. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap
d. Awal perubahan suara
e. Ejakulasi
f. Bulu kemaluan menjadi keriting
g. Pertumbuhan tinggi badan mencapai maksimal setiap tahunnya
h. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot)
i. Tumbuh bulu ketiak
j. Akhir perubahan suara
k. Rambut-rambut di wajah bertambah
l. Tumbuh bulu di dada
2.1.2.2 Perkembangan Psikoseksual
Masa remaja yang merupakan suatu periode
1. Masa remaja awal (11 – 13 tahun)
Dicirikan oleh pertumbuhan cepat dan perkembangan karakteristik seks sekunder. Karena
2. Masa remaja pertengahan (14 – 16 tahun)
Bersamaan dengan berkurangnya pertumbuhan pubertas yang cepat pada masa remaja awal, remaja mulai menyesuaikan diri dan merasa lebih nyaman dengan tubuh mereka yang baru. Emosi yang kuat dan
3. Masa remaja akhir (17 – 24 tahun)
Remaja mulai kurang mementingkan diri sendiri dan mulai memperhatikan
Menurut Petro Blos (1962), proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja :
1. Early adolescence
Pada tahap ini remaja masih terheran-heran akan
2. Middle adolescence
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Terdapat kecenderungan narcistik yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat sama dengan dirinya. Selain itu, remaja berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya.
3. Late adolescence
Pada tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-funsi intelek
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
c. Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan
d. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public)
2.2.3 Faktor Penyebab Masalah Psikososial Remaja Pria
Timbulnya masalah pada remaja dikarenakan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Adanya
b. Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu karena ketidaktahuannya.
c. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi kemajuan teknologi menyebabkan membanjirnya arus informasi luar yang sulit diseleksi.
d. Pembangunan ke arah
2.3 Tinjauan Tentang Perilaku
2.3.1 Pengertian
Perilaku adalah suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut (Soekidjo,N, 1993).
Dalam Ensiklopedia Amerika, perilaku dapat diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungan. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang dibutuhkan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menimbulkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo S, 1997).
Robert Kwick (1974) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati atau bahkan dapat dipelajari.
Secara umum, menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti, (1990) dikutip oleh Sunaryo (2004) perilaku manusia pada hakekatnya proses interaksi
2.3.2 Ciri Perilaku Manusia
a. Kepekaan sosial
b. Kelangsungan perilaku
c. Orientasi pada tugas
d. Usaha dan perjuangan
e. Tiap-tiap
2.3.3 Proses Pembentukkan Perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan yang tersusun dalam hirarki kebutuhan menurut Abraham Maslow, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan yang lain karena perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan adalah secara simultan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan suatu penggerak/pendorong yang disebut motivasi. Kemudian pada akhirnya sikap dan kepercayaan sangatlah mempengaruhi arah perilaku seseorang, akankah berperilaku positif atau sebaliknya.
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
a. Faktor genetik/faktor endogen, meliputi :
- Jenis ras
- Jenis kelamin
- Sifat fisik
- Sifat kepribadian
- Bakat pembawaan
- Intelegensi
b. Faktor eksogen/faktor dari luar
- Faktor lingkungan
- Pendidikan
- Agama
- Sosial ekonomi
- Kebudayaan
- Faktor-faktor lain seperti persepsi, emosi dan lain-lain
2.3.5 Bentuk Perilaku
a.
Perilaku pasif atau respon internal adalah perilaku yang sifatnya masih tertutup, hanya terjadi dalam diri
Misalnya : berpikir, berangan-angan.
b.
Perilaku aktif atau respon eksternal adalah perilaku yang sifatnya terbuka, dapat diamati secara langsung dan berupa tindakan nyata.
Misalnya : merokok.
2.3.6 Perilaku Penyalahgunaan Zat
Walaupun terdapat suatu rentang dari penggunaan zat hingga penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan zat tetapi tidak semua
Gambar 2.3 Rentang Respon Koping Kimiawi.
Respon adaptif Respon maladaptif
![]() | ![]() | ||||||
![]() | ![]() | ||||||
Mabuk alamiah Penggunaan jarang Penggunaan sering Ketergantungan
Aktivitas fisik dari tembakau, dari tembakau, Penyalahgunaan
Meditasi kafein, alkohol, kafein, alkohol Gejala putus zat
obat yang obat yang toleransi
diresepkan, obat diresepkan, obat
terlarang terlarang
2.4 Tinjauan Tentang Rokok
Merokok sudah dianggap hal biasa dalam kehidupan sehari-hari padahal dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia berbahya untuk kesehatan, 2 diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat
Remaja adalah golongan yang suka mencoba-coba. Oleh karena merokok adalah sesuatu yang baru pada mereka. Hati mereka bertanya-tanya apa nikmatnya sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Karena didalam rokok terdapat nikotin yang menyebabkan kecanduan layaknya putauw (heroin), ganja, dan sabu-sabu. Nikotin dikenal sebagai salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Penyempitan pembuluh darah jantung terjadi lebih dini pada remaja yang merokok. Tembakau merusak jaringan paru-paru dan mengurangi
Hal yang menyebabkan remaja sangat sulit meninggalkan rokok karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang. Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu Kedokteran Jiwa, Psikiatri, 1999).
Dalam upaya prevalensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh godaan merokok yang datang dari teman, media
Anang Sari Atmanta, relawan pusat studi seksualitas, mengelompokkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk merokok, yaitu :
a. Pengaruh Orang Tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.
b. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang terjadi adalah remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor rendah.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media
Menurut Silvan Tomkins ada 4 tipe perilaku rokok berdasarkan Management of Offect Theory, yaitu :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psichological Faktor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini
a. Pleasure Relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
b. Stimulation ti pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memengang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasan negatif. Banyak
3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai Psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walau tengah malam sekalipun karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia mengingkannya.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada
BAB III
KERANGKA KONSEP
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan deskriptif yang akan menggambarkan tentang motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di Lingkungan Lasitarda Kelurahan Tanganapada Kecamatan Murhum Tahun 2008.
4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)
Variabel bebas Variabel terikat
|

|
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas (
Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2003). Variabel Independent adalah adalah motivasi remaja pria.
2. Variabel Terikat (dependent)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi (Notoatmodjo, 2003). Variabel Dependent terikat adalah adalah perilaku remaja pria.
4.4 Definisi Operasional
No | Variabel | Definisi operasional | Parameter | Cara pengukuran | Skala | Skor |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 |
1 | Variabel Independent : Motivasi | Faktor-faktor yang mendorong remaja pria sehingga timbul perilaku merokok | Remaja pria dapat termotivasi untuk merokok karena beberapa pengaruh yang meliputi pengaruh orang tua, iklan rokok, teman dan faktor kepribadian | Kuesioner | Ordinal | 51–100% : motivasi kuat 0–50 % : motivasi lemah |
2 | Variabel dependent : Perilaku | Suatu aktivitas yang timbul dari adanya motivasi yang bertindak sebagai stimulus | Mengidentifikasi perilaku merokok remaja pria yakni berapa batang konsumsi rokok perhari, bagaimana cara mendapatkan rokok, perasaan saat merokok, kecenderungan mengkonsumsi jenis rokok tertentu, kondisi-kondisi yang mengakibatkan pria merokok. | Kuesioner | Ordinal | 73-100% : perokok pemula 46-72% : perokok regular 20-45% : perokok tetap |
4.5
4.5.1
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 1993). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja pria yang beralamat di Lingkungan Lasitarda, Kelurahan Tanganapada Kecamatan Murhum, dengan jumlah 80 responden dan terdapat 35 remaja perokok.
4.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan “sampling” tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 responden. Pada penelitian ini sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti, adalah :
- Remaja pria yang perokok dan kooperatif serta bersedia menjadi responden
- Remaja pria yang perokok beralamat di Lingkungan Lasitarda Kelurahan Tanganapada Kecamatan
Kriteria ekslusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti, adalah :
- Remaja pria yang perokok tidak bersedia menjadi responden
- Remaja pria yang perokok tidak beralamat di Kelurahan Tanganapada Kecamatan
4.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Non Random Sampling dengan pendekatan Exchaustive Sampling yaitu digunakan pada populasi kecil dimana semua anggota populasi diambil sebagai sampel. Oleh karena itu, jumlah sampel dibagi menjadi 3 yakni tahap remaja awal (11 – 13 tahun) diwakili oleh 11 responden, tahap remaja pertengahan (14 – 16 tahun) diwakili 11 responden dan tahap remaja akhir (17 – 21 tahun) diwakili oleh 13 responden.
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Lasitarda, Kelurahan Tanganapada Kecamatan Murhum.
4.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada tanggal 28 Agustus sampai 3 September 2008.
4.7 Pengumpulan dan Analisa Data
4.7.1 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data primer dari responden yang sebelumnya responden diminta kesediannya dengan mengisi formulir pernyataan menjadi responden. Bila dalam pengisian kuesioner responden mengalami hambatan maka peneliti memberikan arahan atau gambaran cara menjawab pertanyaan tanpa memberikan jawaban kepada responden.
Adapun alur birokrasi perizinan dalam mengumpulkan data secara berturu-turut adalah Direktur
4.7.1.1 Pengolahan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dengan jenis instrument questionnaire untuk variabel motivasi dan checklist untuk variabel perilaku, dengan jumlah item pertanyaan pada setiap variabel masing-masing adalah 10 dan 20 buah item pertanyaan.
Untuk pertanyaan motivasi menggunakan skala Guttman dengan dua alternatif pilihan jawaban yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Dalam bentuk positive question. Jika responden memilih “setuju” mendapatkan nilai “1” dan memilih “tidak setuju” mendapat nilai “0”.
Untuk pernyataan perilaku, menggunakan skala Likert yang mana tersedia
Setelah semua kuesioner dari responden terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan data yakni :
a. Coding yaitu bagaimana mengkode responden, pertanyaan dan segala hal yang dianggap perlu.
b. Scoring yaitu menentukan scor / nilai untuk tiap item pertanyaan dan tentukan nilai terendah dan tertinggi.
c. Tabulating yaitu mentabulasi hasil data yang diperoleh sesuai dengan item pertanyaan.
4.7.1.2 Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel.
4.7.2 Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan pada masing-masing variabel kemudian dikategorikan berdasarkan skala ordinal. Pada variabel motivasi, data dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kategori lemah 0 – 50 % dan kategori kuat 51 – 100 %. Dan pada aspek perilaku dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu perokok pemula 73 – 100 %, perokok regular 46 – 72 %, dan perokok tetap 20 - 45 %.
4.8 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mendapat persetujuan dari pembimbing riset dan rekomendasi dari
a. Informed Consent (Lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden dan peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset dilakukan. Bila calon responden bersedia menjadi responden maka lembar persetujuan ditandatangani namun bila calon responden menolak maka tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
b. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang diberikan tetapi hanya memberi kode.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti akan menjamin kerahasian informasi yang diberikan oleh responden.
4.9 Keterbatasan
4.9.1 Instrumen / Alat Ukur
Alat
4.9.2 Feasible
Waktu yang tersedia untuk penelitian ini sangat terbatas sehingga sampel yang didapat sangat terbatas jumlahnya dan juga kurang kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh peneliti sehingga hasilnya kurang sempurna dan memuaskan.
4.9.3 Desain Sampling
Desain Sampling yang digunakan adalah Exchaustive Sampling yaitu digunakan pada populasi kecil dimana semua anggota populasi diambil sebagai sampel hanya terbatas pada remaja pria di Kelurahan Tanganapada Kecamatan
3 komentar
bolehkah saya meminta contoh kuesioner mengenai motivasi merokok??
BalasHapushal ini guna menunjang penelitian saya
boleh mnta referensinya,,
BalasHapusini Skripsi ya?
BalasHapusbisa, dicantumkan judul lengkap nya
Posting Komentar